NASKAH AUDIO
“EMPATI
TERHADAP SESAMA”
BABAK I
MUSIK : Innocent (up-down-up)
Ann :
“Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat siang pendengar setia seratus
tujuh poin tujuh FM Radio Bimasakti. Jumpa lagi nih dengan Mu’minah yang
pastinya akan menemani Anda semua selama kurang lebih tiga puluh menit ke depan.
Seperti biasa, Mu’minah hadir di ruang dengar Anda untuk menyajikan program
unggulan Bimasakti FM, “P tiga S” (Penunjang Pembelajaran PAI
untuk Siswa) edisi Kamis, Dua puluh satu November Dua ribu tiga belas. Tema
kita hari ini adalah Menumbuhkan Rasa Empati terhadap Sesama yang akan
ditampilkan dalam sebuah drama singkat. Diharapkan setelah mendengarkan siaran
ini Anda dapat memahami makna empati serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Jangan kemana-mana, tetap stay tune di Bimasakti Fm.
MUSIK : (down up)
Nar :
Pagi itu kelas VII.A MTs Nurul Mawaddah sedang menerima pelajaran tentang rasa
empati. Anak-anak nampak begitu antusias
mendengarkan penjelasan dari Bu Naila.
Bu Naila : “Bagaimana
Anak-anak, sudah paham semuanya ‘kan terkait isi kandungan QS. An-Nisa ayat 8? (memandang
seisi kelas)
Ada
yang ditanyakan tidak?”
Anak-anak : (Terdiam)
Bu Naila : “Kalau
tidak ada yang bertanya, kita ulangan saja ya.”
Anak-anak : (Berteriak)
“Jangan, Bu! Jangaaaaan!”
Bu Naila : (Tersenyum)
“Makanya, Ayo tanya.”
Fatimah : “Saya,
Bu!” (tunjuk jari)
Bu Naila : (Mengangguk)
“Silakan Fatimah,”
Fatimah : “Bagaimana
‘sih cara untuk menumbuhkan rasa empati pada diri kita, sehingga kita bisa lebih mudah dalam
berempati?”
Bu Naila : “Pertanyaan
yang bagus Fatimah.”
“Nah, Anak-anak,
rasa empati itu dimulai dari diri sendiri. Jadi, terlebih dahulu kita harus
melatih pribadi kita supaya peka terhadap keadaan di sekitar. Berusahalah
menolong orang yang memerlukan, sebelum mereka sendiri yang meminta bantuan pada kita. Kita harus banyak
melatih diri, maka lama kelamaan rasa empati tersebut akan menjadi kebiasaan
yang kemudian tumbuh menjadi karakter. Paham semuanya?”
Anak-anak : “Paham,
Buuuu!”
Bu Naila : “Contoh
empati, misalnya ketika kita sedang naik angkutan umum, tiba-tiba melihat seorang
nenek tua renta berdiri berdesak- desakan
dengan penumpang lainnya. Sementara kita enak-enakan duduk di kursi. Karena kita memiliki rasa
empati, maka kita pun mengalah
dan mempersilakan nenek tersebut duduk menempati kursi kita. Coba bayangkan kalau kita
yang jadi nenek tersebut, kasihan
kan, sudah tua.”
Anak-anak : “Iya, Bu!”
Bu Naila : “Contoh
lagi, misalnya teman kita ada yang bersedih karena nilai ulangannya merah. Maka, kita berusaha
menghibur dan menyemangatinya.
Jangan malah bercanda di sampingnya. Barangkali
itu membuat dia semakin sedih, karena kita masih bisa tertawa dan senang sementara dia
tidak bisa.”
Nar : Akhirnya
pelajaran pada hari itu pun berakhir satu persatu. Anak-anak segera pulang ke
rumah untuk beristirahat. Beberapa anak masih terngiang-ngiang dengan pelajaran
pada hari itu, termasuk Fatimah. Ia memahami betul apa yang telah dia jelaskan
oleh gurunya. Ia berjanji akan mengamalkan ilmu yang baru diperolehnya itu.
Sementara beberapa anak yang lain telah melupakannya.
BABAK II
MUSIK : Terimakasih
guru (up-down)
Pagi kembali menjemput. Anak-anak kembali menjalankan aktivitas wajibnya yaitu sekolah. Mereka berangkat
dengan penuh semangat. Begitu pun dengan siswa kelas VII.A. Meskipun belum jam
tujuh tepat, hampir semuanya sudah berkumpul di kelas. Ada yang menyapu lantai,
menghapus papan tulis, menata kursi, bercakap-cakap, dan membaca buku cerita.
Fatimah : “Rik, sudah
jam tujuh kurang seperempat ‘kok Alya belum juga berangkat ya, biasanya kan dia paling
awal sampai di kelas.”
Rika : “Iya
yah, tapi kemarin Alya sempat bercerita kalau ibunya sedang sakit parah. Katanya
kena komplikasi. Penyakit apa ya itu?” (mengerutkan
dahi)
Fatimah :
“Komplikasi itu penyakitnya bermacam-macam Rik. Bisa jadi stroke, ginjal,
liver, ah pokoknya lebih dari satu.”
Rika : “Ih, kasihan
ya Alya, padahal dia sudah tidak punya ayah lagi. Malah sekarang
ibunya lagi sakit. Parah pula. Bagaimana kalau sampai meningg...”
Fatimah : (Memotong
cepat) “Eh, jangan gitu dong Rik, gak sopan namanya.
Lebih baik kita doakan untuk kesembuhan ibu Alya.”
Rika : “Eh
iya, Maaf deh.”
MUSIK : Ya Syaikhona
(up-down)
Nar : Sedang
asyik ngobrol, tiba-tiba keduanya dikejutkan oleh suara bel. Artinya, pelajaran
pada pagi itu akan segera dimulai. Setelah petugas TU memandu doa awal
pelajaran dari speaker pusat, beliau mengumumkan berita duka, bahwa Ibu dari
siswi kelas VII.A yang bernama Alya baru saja meninggal dunia pada pukul enam
tadi. Seluruh siswi kelas VII.A mengucapkan kalimat istirja’. Mereka ikut
bersedih, apalagi Fatimah dan Rika yang barusan mengobrolkannya. Mata keduanya
berkaca-kaca membayangkan Alya tengah sedih kehilangan ibunya.
Pelajaran
pertama di kelas VII. A kebetulan diampu oleh wali kelas mereka, Bu Naila.
Akhirnya mereka sepakat untuk mengganti pelajaran pertama tersebut dengan persiapan
takziyah ke rumah Alya. Mereka mengumpulkan uang dari guru dan teman-teman satu
sekolahan untuk membantu Alya.
BABAK III
Nar : Pukul
delapan lebih, anak-anak kelas VII.A dan beberapa guru MTs Nurul Mawaddah telah
sampai di rumah Alya. Fatimah dan beberapa teman yang lain menghampiri Alya
yang tengah menangisi ibunya.
MUSIK : Bismillah (down-up-down)
Fatimah : (memeluk
Alya) “Alya...”
Alya : “Hiks...
hiks.... Fatimah... hiks...”
Fatimah : (ikut
menangis) “Sabar yah, Al. Kami semua ikut bersedih,”
Teman-teman : (berkaca-kaca)
“Iya Al, kami juga merasakan yang kamu rasakan.”
Alya : “Ibu....
Ibu....hu hu hu hu”
Nar : Teman-teman
Alya saling berpandangan, mereka merasakan betul betapa pedihnya kehilangan
seorang ibu. Terlebih karena ayah Alya pun telah tiada semenjak dua tahun yang
lalu. Mereka meneteskan air mata duka.
Alya : “Hiks...
Aku sudah tidak punya siapa-siapa... hu hu hu hu, Ibuuu....... jangan tinggalin
Alya sendiriaaaan....!” (menangis dan menjerit)
Fatimah : “Alya,
kamu masih punya Allah, kamu masih punya teman teman,
kami masih punya banyak saudara. Kamu pasti bisa, Al.”
Teman-teman : “Kita akan
selalu bersamamu Al, kami akan selalu membantumu.”
Nar : Bu
Naila pun turut hadir dalam acara takziyah itu. Beliau juga menghampiri Alya
dan menghiburnya. Sementara, guru-guru teman-teman yang lain duduk di kursi
bersama para pelayat lainnya.
Bu
Naila : (memeluk Alya dan
membelai kepalanya) “Alya, sabar ya.... Allah takkan pernah meninggalkan
hambaNya. Allah takkan menguji hambaNya dengan cobaan di luar batas
kemampuannya. Sayang, kamu pasti bisa. Doakan Ibumu supaya tenang di sana ya
‘nak ya. Kalau kamu terus menangis, ibumu pun jadi sedih...”
Alya : (Mengangguk-angguk)
Alif kecil
Nar : Alya
masih menangis, sewajarnya orang yang tengah sedih karena kehilangan orang yang
sangat dicintai untuk selama-lamanya.
Fatimah : “Al, aku
siap menemanimu jika kamu butuh teman.”
Teman-teman : “Kami juga Al.”
Bu Naila : (Tersenyum)
“Nah, kemarin baru saja kita belajar tentang empati dan sekarang kalian telah melakukannya. Subhanallah.”
MUSIK : Lagu Sangat Sedih (up-down)
Nar : Akhirnya,
prosesi pemakaman pun segera dilaksanakan setelah jenazah dishalatkan. Alya
nampak sayu. Terlalu banyak air mata yang telah dia keluarkan hari itu. Kini ibunya
telah tiada. Namun Alya sadar, ia tak boleh putus asa. Ia tak boleh terlalu
larut dalam kesedihannya, karena ia masih memiliki Allah, saudara, guru, dan
juga teman-teman yang selalu menyemangatinya.
MUSIK : Innocent (up-down)
Ann : Seratus
tujuh poin tujuh Bimasakti FM, demikian drama singkat tentang rasa empati
terhadap sesama telah kita simak bersama. Tak terasa ya sudah hampir tiga puluh
menit Mu’minah mengudara, menemani pendengar di mana pun berada. Jangan
lewatkan program “P tiga S” edisi minggu depan yang tentunya lebih seru, lebih
menarik dan lebih bermakna. Saatnya Mu’minah undur diri dari hadapan Anda, Tetap stay
tune di Radio Bimasakti FM. Jaga hati, jaga iman, jaga akhlak dan
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Sampai jumpa.”
*Ummu Mawaddah
Contoh naskah cukup baik, namun perlu di awal juga dijelaskan kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh siswa setelah menyimak dan mempelajari materi tersebut. Maju terus...
ReplyDeleteTerimakasih, Bapak. sebaiknya, di bagian mana kami bisa menjelaskan kompetensi tersebut?
ReplyDelete