Sunday 3 November 2013

Artikel Bebas: Ujian Kok Galau

UJIAN SEMESTER KOK GALAU?


Dalam setiap pembelajaran baik itu pelajaran agama atau pelajaran umum, baik di sekolah maupun di lingkungan bebas, tujuan belajar adalah hal terpenting yang harus ada dan harus dicapai. apa sih tujuan seseorang belajar? tentu untuk merubah diri kan? yang tadinya belum tahu menjadi tahu, yang tadinya belum bisa menjadi bisa.

Setelah kita menerima  materi dalam suatu waktu tertentu, kita akan diuji untuk mengetahui seberapa dalam dan seberapa berhasil kita dalam mengikuti pembelajaran. biasanya,ujian tersebut bisa berupa ujian tulis, tak jarang juga ujian lisan dan hafalan. Sayangnya, ujian yang seharusnya digunakan sebagai parameter keberhasilan itu, justru dijadikan momen 'kejar nilai'. bagaimana bisa? coba kita perhatikan. barangkali kita atau dan mereka adalah yang termasuk dalam hal ini.

Sebelum ujian, banyak peserta didik yang mendapatkan kisi-kisi soal justru telah dalam bentuk soal utuh, bahkan tanpa penambahan atau pengurangan. tak jarang, gurunya sendirilah yang memberikan kepada para muridnya sebagai pedoman belajar. Ada juga yang mendapatkan dari teman meskipun sumbernya tidak dipertanyakan. Sehingga pada waktu mengerjakan, kita tinggal menuliskan apa yang telah kita hafalkan. ini sangat mudah, dan semua peserta didik menyukainya. kecuali jika ada yang memiliki kesulitan dalam menerjemahkan isi pikiran ke dalam kata-kata teks tertulis. 

Lagi. ketika tidak ada bocoran maupun kisi-kisi, masih ada cara lain demi mendapatkan 'nilai' itu. di samping, di depan, dan di belakang kita ada teman-teman yang siap dimintai contekan. ini sangat memudahkan 'transfer' jawaban antar peserta didik, apalagi jika pengawasnya tidak begitu mempedulikan bahkan bersikap masa bodoh sama sekali. sangat membahayakan jika pengawasnya adalah orang yang galak sehingga ketika peserta didik mengerjakan  soal dan ia menjumpai ada yang berubuat curang, maka namanya serta merta akan dicoret dan nilai ujian dianggap nol besar. 

Begitulah, jika ujiannya bersifat tertulis. jika ujian bersifat tanya jawab secara lisan, maka sudah beda lagi. Momen contek mencontek akan semakin jarang ditemui. akan tetapi, kasihan bagi peserta didik yang sebenarnya bisa menjawab, akan tetapi memiliki keterampilan membaca yang kurang.

kenapa sijh, ujian bikin galau?
kenapa sih, ujian yang seharusnya dijadikan sebagai paramater kemampuan diri, malah digunakan sebagai ajang 'kejar nilai'?
ayo ayo, mau bisa apa mau nilai apa mau dua duanya??
Nilai merupakan hal yang sangat penting, karena nilai adalah angka dari kemampuan yang kita miliki. namun, apa jadinya jika niali itu didapatkan dari pikiran dan jawaban orang lain? bukan kemampuan kita?? bagaimana kita mengukur diri kita???

jangan galau ya.
kuncinya adalah belajar. berusahalah jujur dan tetap semangat...


 

lautan inspirasi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang