Friday 13 December 2013

Naskah Drama Media PAI

NASKAH AUDIO
“EMPATI TERHADAP SESAMA”

BABAK I      
MUSIK           : Innocent (up-down-up)
Ann                 : “Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat siang pendengar setia seratus tujuh poin tujuh FM Radio Bimasakti. Jumpa lagi nih dengan Mu’minah yang pastinya akan menemani Anda semua selama kurang lebih tiga puluh menit ke depan. Seperti biasa, Mu’minah hadir di ruang dengar Anda untuk menyajikan program unggulan Bimasakti FM, P tiga S (Penunjang Pembelajaran PAI untuk Siswa) edisi Kamis, Dua puluh satu November Dua ribu tiga belas. Tema kita hari ini adalah Menumbuhkan Rasa Empati terhadap Sesama yang akan ditampilkan dalam sebuah drama singkat. Diharapkan setelah mendengarkan siaran ini Anda dapat memahami makna empati serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jangan kemana-mana, tetap stay tune di Bimasakti Fm.

MUSIK           :  (down up)
Nar                  : Pagi itu kelas VII.A MTs Nurul Mawaddah sedang menerima pelajaran tentang rasa empati.  Anak-anak nampak begitu antusias mendengarkan penjelasan dari Bu Naila.
Bu Naila          : “Bagaimana Anak-anak, sudah paham semuanya ‘kan terkait isi                             kandungan QS. An-Nisa ayat 8? (memandang seisi kelas)
Ada yang ditanyakan tidak?”
Anak-anak       : (Terdiam)
Bu Naila          : “Kalau tidak ada yang bertanya, kita ulangan saja ya.”
Anak-anak       : (Berteriak) “Jangan, Bu! Jangaaaaan!”
Bu Naila          : (Tersenyum) “Makanya, Ayo tanya.”
Fatimah           : “Saya, Bu!” (tunjuk jari)
Bu Naila          : (Mengangguk) “Silakan Fatimah,”
Fatimah           : “Bagaimana ‘sih cara untuk menumbuhkan rasa empati pada diri                           kita, sehingga kita bisa lebih mudah dalam berempati?”
Bu Naila          : “Pertanyaan yang bagus Fatimah.”
“Nah, Anak-anak, rasa empati itu dimulai dari diri sendiri. Jadi, terlebih dahulu kita harus melatih pribadi kita supaya peka terhadap keadaan di sekitar. Berusahalah menolong orang yang memerlukan, sebelum mereka sendiri yang  meminta bantuan pada kita. Kita harus banyak melatih diri, maka lama kelamaan rasa empati tersebut akan menjadi kebiasaan yang kemudian tumbuh menjadi karakter. Paham semuanya?”
Anak-anak       : “Paham, Buuuu!”
Bu Naila          : “Contoh empati, misalnya ketika kita sedang naik angkutan                                   umum, tiba-tiba melihat seorang nenek tua renta berdiri berdesak-                                   desakan dengan penumpang lainnya. Sementara kita enak-enakan                          duduk di kursi. Karena kita memiliki rasa empati, maka kita pun                              mengalah dan mempersilakan nenek tersebut duduk menempati                               kursi kita. Coba bayangkan kalau kita yang jadi nenek tersebut,                            kasihan kan, sudah tua.”
Anak-anak       : “Iya, Bu!”
Bu Naila          : “Contoh lagi, misalnya teman kita ada yang bersedih karena nilai                           ulangannya merah. Maka, kita berusaha menghibur dan                                       menyemangatinya. Jangan malah bercanda di sampingnya.                                                Barangkali itu membuat dia semakin sedih, karena kita masih bisa                                    tertawa dan senang sementara dia tidak bisa.”

Nar                  : Akhirnya pelajaran pada hari itu pun berakhir satu persatu. Anak-anak segera pulang ke rumah untuk beristirahat. Beberapa anak masih terngiang-ngiang dengan pelajaran pada hari itu, termasuk Fatimah. Ia memahami betul apa yang telah dia jelaskan oleh gurunya. Ia berjanji akan mengamalkan ilmu yang baru diperolehnya itu. Sementara beberapa anak yang lain telah melupakannya.
BABAK II
MUSIK           : Terimakasih guru (up-down)
Pagi kembali menjemput. Anak-anak kembali menjalankan  aktivitas wajibnya yaitu sekolah. Mereka berangkat dengan penuh semangat. Begitu pun dengan siswa kelas VII.A. Meskipun belum jam tujuh tepat, hampir semuanya sudah berkumpul di kelas. Ada yang menyapu lantai, menghapus papan tulis, menata kursi, bercakap-cakap, dan membaca buku cerita.

Fatimah           : “Rik, sudah jam tujuh kurang seperempat ‘kok Alya belum juga                             berangkat ya, biasanya kan dia paling awal sampai di kelas.”
Rika                 : “Iya yah, tapi kemarin Alya sempat bercerita kalau ibunya sedang                         sakit parah. Katanya kena komplikasi. Penyakit apa ya itu?”                                (mengerutkan dahi)
Fatimah           : “Komplikasi itu penyakitnya bermacam-macam Rik. Bisa jadi                                stroke, ginjal, liver, ah pokoknya lebih dari satu.”
Rika                 : “Ih, kasihan ya Alya, padahal dia sudah tidak punya ayah lagi.                              Malah            sekarang ibunya lagi sakit. Parah pula. Bagaimana kalau                               sampai meningg...”
Fatimah           : (Memotong cepat) “Eh, jangan gitu dong Rik, gak sopan                                        namanya. Lebih baik kita doakan untuk kesembuhan ibu Alya.”
Rika                 : “Eh iya, Maaf deh.”

MUSIK           : Ya Syaikhona (up-down)
Nar                  : Sedang asyik ngobrol, tiba-tiba keduanya dikejutkan oleh suara bel. Artinya, pelajaran pada pagi itu akan segera dimulai. Setelah petugas TU memandu doa awal pelajaran dari speaker pusat, beliau mengumumkan berita duka, bahwa Ibu dari siswi kelas VII.A yang bernama Alya baru saja meninggal dunia pada pukul enam tadi. Seluruh siswi kelas VII.A mengucapkan kalimat istirja’. Mereka ikut bersedih, apalagi Fatimah dan Rika yang barusan mengobrolkannya. Mata keduanya berkaca-kaca membayangkan Alya tengah sedih kehilangan ibunya.
Pelajaran pertama di kelas VII. A kebetulan diampu oleh wali kelas mereka, Bu Naila. Akhirnya mereka sepakat untuk mengganti pelajaran pertama tersebut dengan persiapan takziyah ke rumah Alya. Mereka mengumpulkan uang dari guru dan teman-teman satu sekolahan untuk membantu Alya.

BABAK III
Nar                  : Pukul delapan lebih, anak-anak kelas VII.A dan beberapa guru MTs Nurul Mawaddah telah sampai di rumah Alya. Fatimah dan beberapa teman yang lain menghampiri Alya yang tengah menangisi ibunya.
MUSIK           : Bismillah (down-up-down)
Fatimah           : (memeluk Alya) “Alya...”
Alya                : “Hiks... hiks.... Fatimah... hiks...”
Fatimah           : (ikut menangis) “Sabar yah, Al. Kami semua ikut bersedih,”
Teman-teman  : (berkaca-kaca) “Iya Al, kami juga merasakan yang kamu                                       rasakan.”
Alya                : “Ibu.... Ibu....hu hu hu hu”
Nar                  : Teman-teman Alya saling berpandangan, mereka merasakan betul betapa pedihnya kehilangan seorang ibu. Terlebih karena ayah Alya pun telah tiada semenjak dua tahun yang lalu. Mereka meneteskan air mata duka.
Alya                : “Hiks... Aku sudah tidak punya siapa-siapa... hu hu hu hu,                                     Ibuuu....... jangan tinggalin Alya sendiriaaaan....!” (menangis dan                                  menjerit)
Fatimah           : “Alya, kamu masih punya Allah, kamu masih punya teman                         teman, kami masih punya banyak saudara. Kamu pasti bisa, Al.”
Teman-teman  : “Kita akan selalu bersamamu Al, kami akan selalu                                                   membantumu.”
Nar                  : Bu Naila pun turut hadir dalam acara takziyah itu. Beliau juga menghampiri Alya dan menghiburnya. Sementara, guru-guru teman-teman yang lain duduk di kursi bersama para pelayat lainnya.
Bu Naila          : (memeluk Alya dan membelai kepalanya) “Alya, sabar ya.... Allah takkan pernah meninggalkan hambaNya. Allah takkan menguji hambaNya dengan cobaan di luar batas kemampuannya. Sayang, kamu pasti bisa. Doakan Ibumu supaya tenang di sana ya ‘nak ya. Kalau kamu terus menangis, ibumu pun jadi sedih...”
Alya                : (Mengangguk-angguk)
Alif kecil
Nar                  : Alya masih menangis, sewajarnya orang yang tengah sedih karena kehilangan orang yang sangat dicintai untuk selama-lamanya.
Fatimah           : “Al, aku siap menemanimu jika kamu butuh teman.”
Teman-teman  : “Kami juga Al.”
Bu Naila          : (Tersenyum) “Nah, kemarin baru saja kita belajar tentang empati                       dan sekarang kalian telah melakukannya. Subhanallah.
MUSIK           : Lagu Sangat Sedih (up-down)
Nar                  : Akhirnya, prosesi pemakaman pun segera dilaksanakan setelah jenazah dishalatkan. Alya nampak sayu. Terlalu banyak air mata yang telah dia keluarkan hari itu. Kini ibunya telah tiada. Namun Alya sadar, ia tak boleh putus asa. Ia tak boleh terlalu larut dalam kesedihannya, karena ia masih memiliki Allah, saudara, guru, dan juga teman-teman yang selalu menyemangatinya.

MUSIK           :  Innocent (up-down)

Ann                 : Seratus tujuh poin tujuh Bimasakti FM, demikian drama singkat tentang rasa empati terhadap sesama telah kita simak bersama. Tak terasa ya sudah hampir tiga puluh menit Mu’minah mengudara, menemani pendengar di mana pun berada. Jangan lewatkan program “P tiga S” edisi minggu depan yang tentunya lebih seru, lebih menarik dan lebih bermakna. Saatnya Mu’minah  undur diri dari hadapan Anda, Tetap stay tune di Radio Bimasakti FM. Jaga hati, jaga iman, jaga akhlak dan Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Sampai jumpa.”

*Ummu Mawaddah

2 comments:

  1. Contoh naskah cukup baik, namun perlu di awal juga dijelaskan kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh siswa setelah menyimak dan mempelajari materi tersebut. Maju terus...

    ReplyDelete
  2. Terimakasih, Bapak. sebaiknya, di bagian mana kami bisa menjelaskan kompetensi tersebut?

    ReplyDelete

 

lautan inspirasi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang