Thursday 11 January 2018

MAKALAH: TEKNIK DAN INSTRUMEN ASSESMEN RANAH KETERAMPILAN/PSIKOMOTOR



TEKNIK DAN INSTRUMEN ASSESMEN RANAH KETERAMPILAN/PSIKOMOTOR
(Edisi Revisi)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Assesmen Proses dan Hasil Pembelajaran (Ujian Akhir Semester)
Dosen Pengampu: Dr. Sukiman, M. Pd.


Oleh:

UMMU MAWADDAH
1620410004

MUCHAMMAD IMAM ROSYADI
1620410023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (S2)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PASCASARJANA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2018

TEKNIK DAN INSTRUMEN ASSESMEN RANAH KETERAMPILAN/PSIKOMOTOR
Writed by: Ummu Mawaddah dan Muchammad Imam Rosyadi

Abstract
Learning activity has certain goals want to be achieved. To measure the learning achievement and evaluate the assessment. Nowadays, many teachers evaluate students solely based on the cognitive and affective aspect. Indeed,the psychomotor ability is also a significant indicator of students development. Psychomotor has much to do with the skill or activities after students received or experienced learning. Likewise cognitive aspects, psychomotor aspects also consist of several levels.
further, the development of psychomotor categorized into two classification, namely; abstract and concrete skills. Abstract skill consists of five abilities; there are; observing, asking, trying, reasoning and communicating. Indeed, concrete skills according to Simpson's consists of seven levels; perception, readiness, imitating, accustomed the movement, adept, be natural movement, and be original action. Psychomotor assessment consist of questions or instructions and scoring guidelines to assess the performance of the students in carrying out the command. However, psychomotor assessment technique may be conducted through working paper, anecdotal record, projects, products, portfolios, self and peer assesesment. While the instrument can be check list and rating scale.

Keywords: technique, instrument, and skill/psychomotor

Abstrak
Setiap kegiatan pembelajaran memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Untuk mengukur ketercapaian hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan, perlu diadakan evaluasi atau penilaian. Selama ini, masih banyak pendidik yang menilai kemampuan peserta didik dari segi kognitif dan afektifnya saja, padahal lebih dari itu, kemampuan psikomotor memiliki posisi yang tidak kalah penting sebagai salah satu indikator perkembangan peserta didik. Ranah psikomotor sendiri merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Seperti halnya kognitif, ranah ini juga terdiri dari beberapa jenjang atau tingkatan.
Pada perkembangannya, ranah psikomotor dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu keterampilan abstrak dan konkrit. Keterampilan abstrak terdiri dari lima kemampuan belajar yang meliputi mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan. Sementara keterampilan konkrit menurut analisis Simpson terdiri dari tujuh tingkatan yang meliputi persepsi, kesiapan, meniru, membiasakan gerakan, mahir, menjadi gerakan alami, dan menjadi tindakan orisinal. Instrumen penilaian psikomotor terdiri atas soal atau perintah dan pedoman penskoran untuk menilai unjuk kerja peserta didik dalam melakukan perintah/soal tersebut. Adapaun teknik penilaian psikomotor dapat dilakukan menggunakan tes unjuk kerja, AR, proyek, produk, portofolio, penilaian diri dan penilaian antar teman. Sementara instrumennya dapat berupa daftar cek, skala penilaian.

Kata kunci: teknik, instrumen, dan keterampilan/psikomotor

Pendahuluan

Penilaian memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian, seorang pendidik dapat mengetahui perkembangan peserta didiknya. Penilaian yang dilakukan oleh pendidik dapat menginformasikan proses dan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik sehingga hasilnya digunakan sebagai dasar atau acuan dalam menentukan langkah selanjutnya.
Penilaian hendaknya dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditentukan. Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik menekankan adanya penilaian autentik, yaitu penilaian yang dilaksanakan secara objektif, berkelanjutan dan menyeluruh. Konsekuensinya, pendidik harus dapat memahami seluruh aspek penilaian yang meliputi kognitif, afektif, dan juga psikomotorik. Faktanya, selama ini masih banyak pendidik yang hanya menilai peserta didiknya dari aspek kognitif atau afektif saja, sehingga aspek psikomotor dikesampingkan. Padahal hasil belajar ranah psikomotor sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif.
Hasil belajar ranah psikomotor berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah peserta didik menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu keterampilan abstrak dan keterampilan konkrit. Tidak jauh berbeda dengan penilaian ranah kognitif, penilaian ranah psikomotor juga dimulai dengan pengukuran hasil belajar peserta didik. Perbedannya di antara keduanya terletak pada teknik dan instrumen yang digunakan. Meskipun demikian, penilaian pada dasarnya adalah untuk mengukur ketercapaian kompetensi yang telah ditentukan sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan perbaikan-perbaikan. Beberapa hal yang akan dibahas dalam artikel ini adalah mengenai definisi penilaian ranah keterampilan/psikomotor, langkah-langkah penyusunan intrumen ranah psikomotor, serta teknik  dan instrumen yang dapat digunakan dalam penilaian ranah psikomotor.
Definisi Penilaian Ranah Keterampilan/Psikomotor
Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan mengguanakan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang seberapa jauh hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi.[1] Pada dasarnya penilaian hasil belajar mempermasalahkan cara pengajar mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana anak didik mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan atau kompetensi pembelajaran dapat dicapai.
Menurut Basrowi dan Siskandar dalam Sitiatava Rizema Putra, penilaian dapat dilakukan dengan tiga teknik, yakni lisan, tertulis, dan perbuatan. Teknik yang digunakan tergantung berbagai faktor seperti waktu, dana, peralatan yang diperlukan, dan sifat dari materi yang akan dinilai.[2] Klasifikasi lain mengatakan bahwa penilaian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu tes dan non tes. Teknik-teknik tersebut juga harus disesuaikan dengan ranah yang akan dinilai, karena tidak semua ranah dapat diukur dengan teknik yang sama.
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson dalam Anas Sujiono yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu.[3] Kompetensi ranah psikomotorik meliputi kompetensi yang dapat diraih dengan aktivitas pembelajaran bukan tes, melainkan sebuah aktivitas yang memerlukan gerak tubuh atau perbuatan, kinerja (performance), imajinasi, kreativitas, dan karya-karya intelektual.[4] Ranah ini cocok dinilai pada pertemuan yang bersifat langsung (tatap muka).[5] Pada perkembangannya, ranah ini mengalami revisi akibat keterbatasan definisi serta kesulitan dalam penilaiannya.
Dalam Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional Tahun 2014, ranah Keterampilan dibagi menjadi dua, yaitu keterampilan abstrak dan keterampilan konkrit. Keterampilan abstrak berdasarkan analisis Dyers meliputi proses mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Penjelasannya sebagai berikut.
1.    Mengamati yaitu perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati.
2.    Menanya yaitu jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik).
3.    Mengumpulkan informasi/mencoba yaitu jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.
4.    Menalar/mengasosiasi yaitu mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/konsep, interpretasi argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/konsep/teori, mensintesis dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antarberbagai jenis fakta/konsep/teori/pendapat; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/konsep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari konsep/teori/pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber.
5.    Mengomunikasikan yaitu menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multimedia dan lain-lain.[6]
Sedangkan kemampuan konkrit berdasarkan analisis Simpson meliputi:
1.    Persepsi (perception) adalah menunjukan perhatian untuk melakukan suatu gerakan. Contoh: Siswa memperhatikan guru melakukan contoh gerakan shalat.
2.    Kesiapan (set) adalah menunjukan kesiapan mental dan fisik untuk melakukan suatu gerakan. Contoh: siswa membawa alat shalat untuk melakukan paktik shalat.
3.    Meniru (guided response) adalah meniru gerakan secara terbimbing. Contoh: siswa meniru gerakan shalat yang telah dipraktikkan guru.
4.    Membiasakan gerakan (mechanism) adalah melakukan gerakan mekanistik. Contoh: siswa dalam mempraktikkan shalat sesuai urutannya.
5.    Mahir (complex or overt response) adalah melakukan gerakan kompleks dan termodifikasi. Contoh: siswa mampu melakukan gerakan shalat
6.    Menjadi gerakan alami (adaptation) adalah menjadi gerakan alami yang diciptakan sendiri atas dasar gerakan yang sudah dikuasai sebelumnya. Contoh: siswa melakukan gerakan shalat atas dasar pengetahuan yang telah dimiliki.
7.    Menjadi tindakan orisinal (origination) adalah Menjadi gerakan baru yang orisinal dan sukar ditiru oleh orang lain dan menjadi ciri khasnya. Contoh: siswa melakukan gerakan shalat dengan sempurna.[7]
            Meskipun ranah psikomotor meliputi tujuh jenjang kemampuan, namun masih  dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok utama, yakni keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, dan koordinasi neuromuscular. Maka, kata kerja operasional yang dapat dipakai adalah:
1.    Keterampilan motorik (mucular or motor skills): memperhatikan gerak, menunjukkan hasil (pekerjaan tangan), menggerakkan, menampilkan, melompat, dan sebagainya.
2.    Manipulasi benda-benda (manipulation of materials objects): menyusun, membentuk, memindahkan, menggeser, mereparasi, dan sebagainya.
3.    Koordinasi neuromuscular: menghubungkan, mengamati, memotong, dan sebagainya.[8]
            Menurut Leighbody dalam Ismet Basuki, aspek-aspek dalam penilaian psikomotor meliputi: 1) kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, 2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan urut-urutan pengerjaan, 3) kecepatan mengerjakan tugas, dan 4) keserasian kriteria dengan ketentuan.[9]

Langkah-Langkah Penyusunan Teknik dan Instrumen Assesmen pada Ranah Psikomotor
Instrumen penilaian psikomotor terdiri atas soal atau perintah dan pedoman penskoran untuk menilai unjuk kerja peserta didik dalam melakukan perintah/soal tersebut.
1.    Penyusunan soal
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh penulis soal ranah psikomotor adalah membuat kisi-kisi, selanjutnya mencermati kisi-kisi instrumen yang telah dibuat. Setelah itu, membuat soal dengan mengacu pada kisi-kisi tersebut.
2.    Pedoman penskoran
Pedoman penskoran dapat berupa daftar periksa observasi atau skala penilaian yang harus mengacu pada soal. Soal/lembar tugas/perintah kerja ini selanjutnya dijabarkan menjadi aspek-aspek keterampilan yang diamati.[10]
Adapun cara menuliskan daftar periksa observasi atau skala penilaiannya sebagai berikut.
(a) Mencermati soal, (b) Mengidentifikasi aspek-aspek keterampilan kunci, (c) Mengidentifikasi aspek-aspek keterampilan dari setiap aspek keterampilan kunci, (d) Menentukan jenis instrumen untuk mengamati kemampuan peserta didik, apakah daftar periksa observasi atau skala penilaian, (e) Menuliskan aspek-aspek keterampilan dalam bentuk pertanyaan/pernyataan ke dalam tabel, (f) Membaca kembali skala penilaian atau daftar periksa observasi untuk meyakinkan bahwa instrumen yang ditulisnya sudah tepat, (g) Meminta orang lain untuk membaca atau menelaah instrumen yang telah ditulis untuk meyakinkan bahwa instrumen itu mudah dipahami oleh orang lain. Langkah (f) adalah upaya penulis agar instrumen memiliki validitas isi tinggi, sedangkan langkah (g) adalah upaya penulis agar instrumen memiliki reliabilitas tinggi.[11]

Teknik dan Instrumen Penilaian Ranah Psikomotorik
Penilaian hasil belajar psikomotor ini berbeda dengan penilaian pada hasil belajar kognitif dan afektif. Penilaian hasil belajar kognitif dan afektif perlu diarahkan pada capaian setiap tingkatan, sedang pada hasil psikomotor cukup pada tingkatan tertinggi yang dianggap memenuhi.[12] Pelaksanaan penilaian hasil belajar psikomotor dapat dilakukan dengan teknik tes maupun non tes. Penilaian dengan teknik tes meliputi tes perbuatan atau unjuk kerja, sedangkan penilaian dengan teknik non tes meliputi proyek, produk, anecdotal record, portofolio, penilaian diri dan penilaian antar teman. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
1.    Tes Perbuatan atau Unjuk Kerja (Performance Test)
Tes perbuatan atau unjuk kerja adalah penilaian tindakan atau tes praktik yang secara efektif dapat digunakan untuk kepentingan pengumpulan berbagai informasi tentang bentuk-bentuk perilaku yang diharapkan muncul dalam diri peserta didik. Penilaian unjuk kerja dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu.[13] Contohnya adalah praktik menyampaikan khutbah/pidato keagamaan, praktik perawatan jenazah, dan sebagainya.
Berikut adalah beberapa contoh tes unjuk kerja yang dilakukan oleh guru PAI di SMAN 5 Yogyakarta.
a.       Pada pembelajaran perawatan jenazah kelas XI, Bapak Arif membagi dan mengatur kelas menjadi sebuah kampung yang tengah dilanda kesripahan. Setiap siswa mendapatkan tugas sesuai peran yang diberikan, seperti Ketua RT, pembawa acara, Pak Kaum/Modin, keluarga yang mendapatkan musibah, warga, dan sebagainya.[14]
b.      Pada materi khutbah, Ibu Mardliyah memberi tugas siswa-siswanya untuk menyusun khutbah serta menampilkannya di depan kelas secara bergantian.[15]
Di antara bentuk tes unjuk kerja ini adalah tes identifikasi dan tes petik kerja. Penjelasananya adalah sebagai berikut.
a.    Tes identifikasi (recognition test), yaitu tes perbuatan yang lebih ditujukan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi sesuatu hal. Misalnya dalam pembelajaran al-Quran Hadis, peserta didik diminta menyimak temannya yang sedang menghapal sebuah ayat atau hadis kemudian diminta untuk mencermati ada atau tidak kesalahan dalam hafalan tersebut.
b.    Tes petik kerja (work sample test), yaitu tes perbuatan dengan cara meminta peserta didik menampilkan perilaku tertentu kemudian dinilai seberapa baik penampilan tersebut. Misalnya, peserta didik diminta membaca ayat-ayat al-Quran kemudian bacaan tersebut dievaluasi.[16]
Selain itu, bentuk tes unjuk kerja juga dapat berupa paper and pencil performance dan simulated performance. Paper and pencil performance test merupakan tes unjuk kerja yang menggunakan kertas dan pensil dalam kontruksi tes kemudian melakukan berdasarkan petunjuk tersebut. Misalnya, “Susunlah potongan QS. Luqman ayat 11-14!” Sementara simulated performance merupakan tes yang dilakukan dengan menghadirkan miniatur kondisi lingkungan yang hendak diujikan.[17] Contoh: menguji kemampuan manasik haji dengan miniatur Ka’bah dan sekitarnya.
Alat atau instrumen yang dapat digunakan untuk mengamati tes unjuk kerja yaitu daftar cek dan skala penilaian.


a.    Daftar Cek (Check List)
Daftar cek pada dasarnya merupakan daftar tingkah laku sebagai sasaran pengamatan untuk mengecek ada atau tidaknya perilaku peserta didik yang muncul selama pengamatan. Hasil penilaian dinyatakan dengan pemberian tanda cek (√) pada daftar perilaku yang tersedia.[18]
Daftar cek memiliki kelebihan sebagai berikut:
1)      Alat ini memberikan kesempatan kepada guru sebagai evaluator untuk memilih secara bijaksana atas penggunanya.
2)      Daftar cek dapat digunakan dan dikembangkan sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran.
3)      Mudah dan tidak memerlukan banyak waktu dalam mengkonstruksi.
4)      Sangat fleksibel penggunaannya, dapat digunakan dalam situasi yang bervariasi.
5)      Dapat digunakan untuk menilai siswa secara berkelompok ataupun individual.[19]
Di samping kelebihan yang sudah diuraikan di atas, daftar cek juga memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan, yaitu:
1)      Daftar cek tidak langsung memberikan skor atau nilai.
2)      Hanya memberi informasi evaluasi yang dangkal. Reliabilitasnya masih dipertanyakan, ketepatan daftar cek pada umumnya tergantung pada tingkat intensif karakteristik tersebut direncanakan dalam mengevaluasi kualitas diri siswa.
3)      Hanya tepat untuk mengevaluasi mutu pribadi, proses, dan produk, ketika guru menginginkan siswa yang terlibat langsung dalam evaluasi diri.
4)      Tidak terlalu memerhatikan kesepakatan siswa dalam mengisi jawaban yang ada pada daftar cek.[20]
b.    Skala Penilaian (Rating Scale)
Skala penilaian digunakan oleh pendidik untuk mengukur penampilan atau perilaku peserta didik melalui pernyataan perilaku individu pada suatu titik kontinum atau suatu kategori yang bermakna nilai. Titik atau kategori diberi nilai rentangan mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah. Rentangan ini bisa dalam bentuk huruf (A, B, C, D), angka (4, 3, 2, 1) atau 10, 9, 8, 7, 6, 5. Sedangkan rentangan kategori bisa berupa tinggi, sedang, rendah; atau baik, sedang, kurang.[21] Selain itu, penilai juga bisa membuat rentangan yang lebih rinci misalnya baik sekali, baik, sedang, kurang, dan kurang sekali. Untuk memperkecil faktor subjketivitas, perlu dilakukan penilaian oleh lebih dari satu orang supaya memperoleh hasil yang lebih akurat.
Beberapa kelebihan dalam penggunaan skala penilaian, antara lain:
1)      Skala penilaian paling baik digunakan bagi penilaian secara cepat dan menyeluruh dari suatu produk atau kinerja.
2)      Dapat mencatat frekuensi atau derajat sejauh mana siswa menunjukkan karakteristik tertentu.
3)      Menggambarkan kinerja secara kontinu.[22]
kelemahan atau kesalahan dalam penggunaan skala penilaian meliputi personal bias, halo effect, dan logical eror.
1)      Personal bias, kesalahan yang dilakukan misalnya selalu mereting tinggi atau baik, ada juga yang sering mereting tengah-tengah.
2)      Halo effect, kesalahan yang terjadi apabila rater memiliki kesan umum tentang siswa sehingga dapat mempengaruhi nilai khusus.
3)      A logical eror, hasil evaluasi ini terjadi karena rater telah mengetahui sebelumnya tentang siswa, seperti anak yang pandai akan diberi rating tinggi, dan sebaliknya.[23]
2.    Catatan Hasil Pengamatan (Anecdotal Record)
Anecdotal Record adalah deskripsi faktual mengenai peristiwa yang diamati guru tentang perilaku siswa. Peristiwa yang diamati tersebut harus dicatat segera oleh pendidik setelah terjadi. Adanya catatan peristiwa yang dibuat setiap hari akan memberikan banyak informasi tentang hasil belajar dan perkembangan peserta didik.[24]
Teknik ini memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Adapun kelebihan Anecdotal Record (AR) yaitu:
1)   AR dapat menggambarkan perilaku orang dalam situasi alami.
2)   AR dapat mengumpulkan informasi perilaku atau kejadian-kejadian pada waktu khusus tetapi penting.
3)   AR membuat pendidik menjadi ahli dan teliti dalam mengamati setiap peserta didiknya.
4)   AR juga dapat dipakai untuk mengevaluasi anak kecil (balita), anak-anak cacat yang sulit berkomunikasi.[25]
Adapun kelemahan AR di antara lain:
1)   AR memakan waktu yang relatif lama apabila dilakukan pada setiap anak.
2)   Faktor-faktor bias, harapan, dan pengetahuan sebelumnya tentang peserta didik dapat masuk dalam laporan observasi, bahkan faktor pilih kasih, favorit dapat mempengaruhi observasi.[26]
3.    Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk atau hasil karya tertentu.[27] Beberapa contoh produk atau hasil karya misalnya adalah buku harian, makalah atau karangan, laporan pengerjaan tugas, karya seni atau kerajinan dan sebagainya. Menurut Chatterji dalam Supratiknya, ciri-ciri penilaian produk dipaparkan sebagai berikut.
a.       Bersifat open-ended atau terbuka. Peserta didik dalam hal ini diberikan kebebasan mencipta produk dengan diberi kriteria sebagai pedoman pembuatan produk tersebut.
b.      Disertai pemberian waktu yang longgar untuk mengerjakan produk ini. Seringkali berupa takehome exercises.
c.       Produk yang berhasil diciptakan dipandang sebagai evidensi terhadap kepemilikan peserta didik atas jenis kemampuan tertentu yang lazimnya kompleks, sebagai hasil belajar.[28]
Pengembangan produk meliputi tiga tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian, yaitu:
a.    Tahap persiapan, meliputi kemampuan peserta didik dalam merencanakan, menggali, mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
b.    Tahap pembuatan produk (proses), meliputi penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
c.    Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi penilaian produk yang dihasilkan sesuai kriteria yang ditetapkan.[29]
Adapun teknik penilaian produk dilakukan secara analitik maupun holistik. Cara analitik adalah proses penilaian berdasarkan aspek produk, biasanya dilakukan dalam setiap tahap-tahap proses pengembangan. Sedangkan cara holistik adalah penilaian yang dilakukan berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal.[30]
4.    Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam proses/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasi, kemampuan menyelidiki dan kemampuan menginformasikan suatu hal secara jelas. Adapun instrumen yang digunakan dalam penilaian proyek ini dapat berupa daftar cek atau skala penilaian.[31]
Dalam penilaian proyek setidaknya ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.
a.       Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik dan mencari informasi serta dalam mengelola waktu pengumpulan data dan penulisan laporan.
b.      Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dalam hal ini mempertimbangkan tahap pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman dalam pelajaran.
c.       Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru pada proyek peserta didik, dalam hal ini petunjuk atau dukungan.[32]
5.      Portofolio
Menurut Popham dalam Djemari, portofolio adalah koleksi yang sistematis dari karya peserta didik. Koleksi ini akan membantu peserta didik sendiri dan guru dalam menilai pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Portofolio merupakan demonstrasi visual yang bermacam-macam, mendalam, dan berkembang dari prestasi siswa, kemampuan, kekuatan, kelemahan, dan keterampilan sepanjang waktu dan meliputi berbagai macam konteks.[33] Penilaian portofolio pada dasarnya adalah menilai karya-karya individu untuk suatu mata pelajaran tertentu. Jadi, semua tugas yang dikerjakan peserta didik dikumpulkan dan di akhir unit program pembelajaran, misalnya satu semester kemudian dilakukan diskusi antara peserta didik dan pendidik untuk menentukan skornya.[34]
Teknik Penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.    Pendidik menjelaskan maksud penggunaan portofolio kepada peserta didik.
b.    Pendidik dan peserta didik bersama-sama menentukan contoh portofolio apa saja yang akan dibuat.
c.    Menyimpan karya peserta didik dalam sebuah folder.
d.    Membuat kesepakatan tentang kriteria penilaian contoh-contoh portofolio peserta didik beserta pembobotannya.
e.    Peserta didik diminta menilai karyanya secara berkesinambungan.
f.     Peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaiki hasil karya yang kurang memuaskan.
g.    Bila perlu, buatlah jadwal pertemuan untuk membahas portofolio.[35]
Penilaian portofolio memungkinkan adanya hambatan sebagai berikut:
a.       Peserta didik akan kehilangan kreativitasnya.
b.      Penilaian hanya akan berorientasi pada pencapaian hasil akhir semata.
c.       Penyediaan format yang detail akan menjebak peserta didik pada suasana yang kaku.[36]
6.    Penilaian Diri
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor. Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.[37]
Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Oleh karena itu penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
a.       Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
b.      Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
c.       Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar cek, atau skala penilaian.
d.      Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.
e.       Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif.
f.        Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.[38]
7.      Penilaian Antar Teman
Penilaian antar teman merupakan bentuk penilaian yang meminta peserta didik untuk saling menilai sikap dan perilaku keseharian temannya. Penilaian antar teman berfungsi sebagai alat konfirmasi terhadap penilaian yang telah dilakukan oleh pendidik.[39] Instrumen yang digunakan adalah lembar penilaian antar teman.
Pada dasarnya, penilaian ranah psikomotorik dalam Kurikulum 2013 tidak berbeda jauh dengan kurikulum sebelumnya (KTSP). Teknik yang digunakan pun sama, di antaranya tes unjuk kerja, proyek, produk, anecdotal record, dan portofolio.

Penutup
            Berdasarkan paparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar ranah psikomotor adalah hasil belajar yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah ini terdiri dari keterampilan abstrak dan konkrit. Keterampilan abstrak terdiri dari 5 M yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan. Adapun keterampilan abstrak berdasarkan analisis Simpson terdiri dari persepsi, kesiapan, meniru, membiasakan gerakan, mahir, menjadi gerakan alami, dan menjadi tindakan orisinal. Teknik yang dominan digunakan dalam ranah ini adalah tes unjuk kerja, sedangkan instrumennya terdiri dari daftar cek dan skala penilaian. Penilaian ini juga didukung dengan teknik lain seperti tes produk, proyek, portofolio, AR, penilaian diri dan penilaian antar teman.



DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Ismet dan Haryanto, Asesmen Pembelajaran, Bandung: Remaja     Rosdakarya, 2014.
Chatib, Munif, Sekolahnya Manusia; Sekolah Berbasis Multiple Intelligences,        Bandung: PT Mizan Pustaka, 2014.
Direktorat Pembinana SD, Panduan Penilaian untuk Sekolah Dasar, (Jakarta:        Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian          Pendidikan dan Kebudayaan, 2016.

Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka, 2012.

Jihad, Asep dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multipressindo, 2009.

Kasilingam, Gowrishankar, dkk., Assessment of Learning Domains to Improve   Student’s Learning in Higher Education”, Journal of Young Pharmacists,  Vol. VI, No. 4, Januari-Maret: 2014.

Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan  RepublikIndonesia Nomor 104 tahun 2014, tentang Penilaian Hasil            Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan            Menengah.

Mardapi, Djemari, Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes, Yogyakarta:      Mitra Cendikia Press, 2008.

Mulyadi, Evaluasi Pendidikan: Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan           Agama di Sekolah, Malang: UIN Maliki Press, 2010.  

Pengembangan Perangkat Penilaian Psikomotor
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104     tahun 2014, tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada  Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Putra, Sitiatava Rizema, Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja, Yogyakarta:   Diva Press, 2013.
Sudaryono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia,        2014.

Simpson, Elizabeth J., “The Classification of Educational Objectives in the           Psychomotor Domain”, ERIC, Urbana: University of Lilinois, Juli:    1966.
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT  RajaGrafindo          Persada, 2013.
Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja         Rosdakarya, 2013.

Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta: Bumi  Aksara, 2008.

Sukiman, Bahan Ajar Pengembangan Sistem Evaluasi, Yogyakarta: FTK UIN      Sunan Kalijaga, 2008.

_______, Pengembangan Sistem Evaluasi, Yogyakarta: Insan Madani, 2012.
Supratiknya, A., Penilaian Hasil Belajar dengan Teknik Nontes, Yogyakarta:        Universitas Sanata Dharma, 2012.

Tayibnapis, Farida Yusuf, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi, Jakarta:      Rineka Cipta, 2008.
Uno, Hamzah B., Assesmen Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

Yusuf, Muri, Asesmen dan Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Prenamedia Group,        2015.

Lampiran

1.      Skala Penilaian (Rating Scale)
Contoh langkah langkah menyusun skala penilaian untuk mengukur ketrampilan pserta didik membaca al-Qur’an adalah :
a.    Langkah pertama kita mengidentifikasikan indikator kemampuan membaca Al-Qur’an yang akan kita ukur.
b.    langkah kedua, misalnya menetukan skala yang digunakan, misalnya dengan menggunakan skala 5 dengan rentanagan: 5=sangat baik, 4=baik, 3=cukup, 2=kurang, dan 1=sangat kurang.
c.    menyusun indikator-indikator tersebut dan menuangkannya dalam sebuah matriks sebagai berikut :
No
Nama
Aspek yang dinilai
Total Score
A
B
C
D
E
1







2







3







4







5







6







7







8







Dst








Keterangan :
A.    Kemampuan melafalkan bacaan hukum nun mati atau tanwin
B.     Kemampuan melafalkan bacaan hukum mim mati
C.     Kemampuan melafalkan suatu bacaan sesuai dengan makharijul huruf
D.    Kemampuan melafalkan bacaan mad
E.     Kemampuan melafalkan bacaan qalqalah

2.      Daftar Cek (Check List)
Berikut ini akan diberikan contoh daftar ceck untuk menilai kemampuan peerta didik dalam membaca al- Quran dengan indikator sama dengan skala penilaian
No
Aspek yang dinilai
Penilaian

Ya
Tidak

1
Mampu melafalkan bacaan izhar dengan baik




2
Mampu melafalkan bacaan idhgam biggnah dengan baik




3
mampu melafalkan bacaan idhgam bilagunah dengan baik




4
Mampu melafalkan bacaan ikhfa' dengan baik




5
Mampu melafalkan bacaan iqlab  dengan baik




6
Mampu melafalkan bacaan mad dengan baik




7
Mampu melafalkan suatu bacaan sesuai dengan makharijul huruf




8
Mampu melafalkan bacaan qalqalah dengan baik






3.      Anecdotal Record
Berikut ini akan disajikan contoh anectodal record


CATATAN ANEKDOT
Nama      : Alex Hamzah
Tempat    : Tempat wudhu
Pencatat   : Faqihudin/Guru
Kelas        : X E
Tanggal    : 1 November 2017

Deskripsi:
       Pada saat berwudhu untuk menunaikan ibadah sholat zuhur, terlihat si Amir tidak urut melakukan tata cara berwudhu. Misalnya, setelah membasuh telapak tangan, ia langsung membasuh kedua tangannya dan itu pun tidak sampai siku-siku.
Setelah itu, ia membasuh muka, telinga, dan akhirnya kaki. Ia tidak berkumur, membasuh hidung dan rambut.

Interpretasi:
      Amir belum mampu melakukan tata cara wudu dengan benar.
Text Box: Contoh 1-3 disadur dari Sukiman, Pengembangan Sistem Evaluasi

4.      Proyek

CONTOH SOAL PENUGASAN (PROJECTS)

Mata Pelajaran            : Pendidikan Agama Islam
Kelas                           : XII SMA
Kompetensi ujian        : Memahami Hukum Islam tentang Hukum Keluarga
Kompetensi Dasar       : Hukum Perceraian
Indikator                     : Siswa dapat mengetahui tentang hukum perceraian
Contoh soal                 : Carilah informasi tentang problema perceraian (penyebab                                      perceraian) di Indonesia dan cantumkanlah bukti-bukti yang                                    sudah didapat buatlah informasi-informasi tersebut dalam satu                               karya tulis sebagai bahan laporan!

                        Pedoman Penskoran
No
Aspek yang dinilai
Skor
1
Kebenaran informasi
Tepat = 2  Tidak = 1
0-2
2
Kesesuaian informasi dengan materi
Sesuai = 3  Cukup = 2  Kurang = 1
0-3
3
Sistematiak penyusunan karya tulis
-          terdiri dari pengantar/pendahuluan, isi, dan kesimpulan
0-3
4
Bahasa
Sangat komunikatif = 3,  Cukup komunikatif = 2,
Kurang Komunikatif = 1
0-3
Skor maksimum     0-11
Keterangan Nilai Akhir = skor perolehan : skor maksimum x 100


http://irmalismawati.blogspot.co.id/2014/12/evaluasi-pembelajaran-penilaian-proyek.html

5.      Produk
Mata Pelajaran                        : PAI
Nama Produk                          : Sate Cinta Halal
Alokasi Waktu                        : 1 Minggu
Aspek                                      : Pemahaman Materi dan Aplikasinya
Nama siswa/kelompok            : Fathul Wahab/Halal Berkah

No
Aspek
Skor (1-4)
1
Perencanaan dan pemilihan bahan

2
Proses pembuatan
-       Persiapan alat dan bahan
-      Teknik pembuatan dan penyajian

3
Hasil produk
-       Bentuk fisik
-       Inovasi
-       Rasa


Total Skor


Contoh soal:
Buatlah satu porsi sate yang lezat dan halal
Rubrik Penskoran
Level
Deskripsi
4 (superior)
-          Membuat perencanaan alat dan bahan yang baik dan halal
-          Menggunakan alat dan bahan yang baik dan halal
-          Membuat uraian langkah-langkah pembuatan
-          Hasil yang diperoleh sangat bagus, halal dan lezat
-          Terdapat unsur inovasi
3 (memuaskan)
-          Membuat perencanaan alat dan bahan yang baik dan halal
-          Menggunakan alat dan bahan yang baik dan halal
-          Membuat uraian langkah-langkah pembuatan
-          Hasil yang diperoleh sangat bagus, halal dan lezat
-          Tidak terdapat unsur inovasi
2 (cukup memuaskan)
-          Membuat perencanaan alat dan bahan yang baik dan halal
-          Menggunakan alat dan bahan yang baik dan halal
-          Membuat uraian langkah-langkah pembuatan
-          Hasil yang diperoleh biasa
-          Tidak terdapat unsur inovasi
1 (cukup)

-          Membuat perencanaan alat dan bahan yang baik dan halal
-          Menggunakan alat dan bahan yang baik dan halal
-          Tidak membuat uraian langkah-langkah pembuatan
-          Hasil yang diperoleh biasa
-          Tidak terdapat unsur inovasi

6.      Portofolio

Lembar Penilaian Protofolio
MTs Umar bin Khatab

Nama siswa (pemilik Portofolio)                :  .......................................................
Tanggal/Bulan/Tahun                                 :  .......................................................
Mata Pelajaran                                            :  PAI
Standar Kompetensi                                   :  8. Memahami Sejarah Nabi Muhammad SAW.
Kompetensi Dasar                                      :  8.1 Menjelaskan sejarah Nabi Muhammad SAW
8.2 Menjelaskan Misi Nabi Muhammad untuk semua   manusi dan bangsa

Pertanyaan:
1.    Buatlah karya tulis yang berisi sejarah Perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam mendakwahkan Islam di Makkah!
2.    Buatlah karya tulis yang berisi sejarah Perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat muslim di Madinah!
Penilaian Portofolio Hasil Belajar
Portofolio Akhir Pokok Bahasan Memahami Sejarah Nabi Muhammad SAW
Bobot
Skor
1-10
Nilai
Kata Pengantar
2


Pendahuluan
2


Catatan Hasil Belajar Siswa
5


Tugas Rangkuman Materi
3


Hasil kuis dan revisi
5


Hasil Ulangan Harian
5


Relfeksi Diri
2


Susunan (Kerapian dan Kelangkapan)
1


Total
25





[1] Sitiatava Rizema Putra, Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja, (Yogyakarta: Diva Press, 2013), Cet. I, hal. 22.
[2] Ibid., hal. 20.
[3] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT  RajaGrafindo Persada, 2013), hal. 57.
[4] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia; Sekolah Berbasis Multiple Intelligences, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2014), hal. 168.
[5] Gowrishankar Kasilingam, dkk., Assessment of Learning Domains to Improve Student’s Learning in Higher Education”, Journal of Young Pharmacists, Vol. VI, No. 4, (Januari-Maret: 2014), hal. 30.
[6] Dyers dalam Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 tahun 2014, tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, hal. 9.
[7] Simpson, Elizabeth J., “The Classification of Educational Objectives in thePsychomotor Domain”, ERIC, Urbana: University of Lilinois, (Juli: 1966), hal. 25-32.
[8] Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka, 2012), hal. 123-124.
[9] Ismet Basuki dan Haryanto, Asesmen Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hal. 217-218.
[10] Ismet Basuki dan Haryanto, Asesmen Pembelajaran..., hal. 218-219.
[11] Anonymous, Pengembangan Perangkat Penilaian Psikomotor, hal. 7-8.
[12] Sukiman, Pengembangan Sistem Evaluasi, (Yogyakarta: Insan Madani, 2012), hal. 149.
[13] Mulyadi, Evaluasi Pendidikan: Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan Agama di Sekolah, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hal. 91.  
[14] Wawancara dengan Bapak Arif RH, guru SMAN 5 Yogyakarta, pada 2 Desember 2017 pukul 13.00 WIB.
[15] Wawancara dengan Matahari, siswa kelas XI SMAN 5 Yogyakarta, pada 2 Desember 2017 pukul 10.00 WIB.
[16] Sukiman, Bahan Ajar Pengembangan Sistem Evaluasi, (Yogyakarta: FTK UIN Sunan Kalijaga, 2008), hal. 133.
[17] Muri Yusuf, Asesmen dan Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Prenamedia Group, 2015), hal. 299-301.
[18] A. Supratiknya, Penilaian Hasil Belajar dengan Teknik Nontes, (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2012), hal. 43-44.
[19] Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 173-174.
[20] Ibid.
[21] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 77.
[22] Ismet Basuki dan Haryanto, Asesmen Pembelajaran..., hal. 87.
[23] Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 200-201.
[24] Ibid., hal. 194.
[25] Ibid., hal. 195-196.
[26] Ibid., hal. 196.
[27] Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multipressindo, 2009), hal. 111.
[28] A. Supratiknya, Penilaian Hasil Belajar..., hal. 50-51.
[29] Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran..., hal. 111.
[30] Ibid.
[31] Ibid., hal. 109.
[32] Hamzah B. Uno, Assesmen Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 25.
[33] Ismet Basuki dan Haryanto, Asesmen Pembelajaran..., hal. 74.
[34] Djemari Mardapi, Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes, (Yogyakarta: Mitra Cendikia Press, 2008), hal. 84.
[35] Mulyadi, Evaluasi Pendidikan..., hal. 105-106.
[36] Ibid., hal. 108-109.
[37] Sudaryono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia, 2014), hal. 68-69.
[38] Ibid., hal. 68-69.
[39] Direktorat Pembinana SD, Panduan Penilaian untuk Sekolah Dasar, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016 ), hal. 27.

 

lautan inspirasi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang