Sunday 29 September 2013

al-Baqarah 177


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Surat Al Baqarah terdiri dari 286 ayat. Surat iniditurunkan di Madinah yang sebagian besar ayatnya diturunkan pada permulaan tahun Hijrah, kecuali ayat 281 diturunkan di Mina pada Hajji wada' (haji Nabi Muhammad s.a.w. yang terakhir) sehingga seluruh ayat dari surat Al-Baqarah termasuk golongan Madaniyyah. Surat Al-BAqarah merupakan surat yang terpanjang di antara surat-surat Al-Quran yang di dalamnya terdapat pula ayat yang terpancang (ayat 282). Surat ini dinamai Al Baqarah karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67 sampai dengan 74), dimana dijelaskan watak orang Yahudi pada umumnya. Dinamai jugaFusthaatul-Quran (puncak Al Quran) karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surat yang lain. Dinamai juga surat alif-laam-miim karena surat ini dimulai dengan Alif-laam-miim. Pokok-pokok isinya menjelaskan tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah,sifat-sifat orang yang bertakwa; sifat orang-orang munafik; sifat-sifat Allah; perumpamaan-perumpamaan; kiblat, kebangkitan sesudah mati.
DalammakalahiniakandibahastentangSurat Al-Baqarahayat 177. Pembahasannyaterkaitdenganlafadzayatdanterjemahannya, Asbabun-Nuzulayat, Tafsirrayatsertanilai-nilaipendidikanakhlak yang terdapatdalam Qs. Al-Baqarahayat 177.Untuklebihjelasnya, akandiuraikansebagaiberikut.
B.    Rumusan Masalah
1.    Sepertiapalafadz Qs. Al-Baqarahayat 177 danterjemahannya?
2.    BagaimanaAsbabun-Nuzul Qs. Al-Baqarahayat 177?
3.    SepertiapaTafsir Qs. Al-Baqarahayat 177?
4.    Apasajanilai-nilaipendidikanakhlakdalam Qs. Al-Baqarahayat 177?
   


   

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Lafadzdanterjemahan Qs. Al-Baqarahayat 177

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا ۖ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

Terjemahan : “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Merekaitulah orang-orang yang benar (imannya); danmerekaitulah orang-orang yang bertakwa”. (Qs. Al-Baqarah : 177)
B.    AsbabunNuzul Qs. Al-Baqarahayat 177
Abdurrazaqberkata ; “Muammar memberitahu kami dariQatadah, diaberkata, “orang-orang Yahudimelakukansembahyangmenghadapkebarat, sedangkan orang-orang Nasranisembahyangmenghadapkearahtimur, makaturunlahfirman Allah,
“Kebajikanitubukanlahmenghadapkanwajahmukearahtimurdankebarat….”
IbnuAbiHatimjugameriwayatkandari Abu Aliyyahsepertiriwayatdiatas.
IbnuJarirdanibnul-MundzirmeriwayatkandariQatadah, diaberkata, “Kami diberitahubahwaseoranglelakipernahbertanyakepadaNabi Saw tentangkebajikan, maka Allah menurunkanfirman-Nya :
“Kebajikanitubukanlahmenghadapkanwajahmukearahtimurdankebarat….”
Kemudianbeliaumemanggillelaki yang bertanyatadidanbeliaumembacakannya.Ketika orang itubersaksibahwatidakadaTuhanselain Allah dan Muhammad adalahhambadanutusan-Nya, kewajibanmenunaikanibadah-ibadahfardhubelumturun.Kemudian orang itumeninggaldunia.Rasulullahpunmengharapkankebaikanuntuknya, maka Allah menurunkanfirman-Nya :
“Kebajikanitubukanlahmenghadapkanwajahmukearahtimurdankebarat…”
Dan ketikaitu, orang-orang Yahudibersembahyangmenghadapkebarat, sedangkan orang-orang Nasranibersembahyangmenghadapkearahtimur”.

C.    Tafsir Qs. Al-Baqarahayat 177

Imam Syafi’Imenganjurkanuntukmenyedekahkanhartadanmakanandijalan yang benarberdasarkanfirman Allah Swt :
“Memberikanharta yang dicintainyakepadakerabatnya, anak-anakyatim, orang-orang miskin (Qs. Al-Baqarah (2) : 177)
Jugaberdasarkanfirman Allah berikut (miskiinanwayatiiman), “Kepada orang-orang miskindananak-anakyatim.” (Qs. Al-Insan (76) : 8)
Allah berfirman,
“Merekatidakmenafkahkansuatunafkah yang kecildantidak (pula) yang besardantidakmelintasisuatulembah, melainkandituliskanbagimereka (amalshaleh pula).” (Qs. At-Taubah (9) : 121)
Allah jugaberfirman, “Jika kalian menampakkansedekah (kalian), makaituadalahbaiksekali.” (Qs. AL-Baqarah (2) : 271)
Jugafirman-Nya, “ Kaliansekali-kali tidaksampaikepadakebajikan (yang sempurna), sebelumkalian menafkahkansebagianharta yang kalian cintai.” (Qs. Ali-Imran (3) : 92)
Apabilahalitudiperbolehkanbagi orang asingdankaribkerabatmakahubunganitutidaklebihdekatdaripadaanak, karenaapabilaseseorangmemberikanhartanyakepadakaribkerabatselainanaknyaataujustrukepada orang asingmakaartinyadiamenghalangianaknyadarihartaitudanmemutuskanhakanaknyauntukmemilikihartanya.Apabiladenganmelakukanhalinidiaterpuji, makaterpujilahjikadiamemberikanhartaitukepadasalahsatuanaknya.Lagipula, menghalangisebagiananaknyadariharta yang dimilikinya, lebihsedikitkeburukannyadaripadamenghalangisemuaanaknyadarihartaitu.
Imam Syafi’Imenjelaskan, “Ada yang mengatakanbahwa orang Yahudiberkata, ‘Kebajikanituadalahmenghadapkearahbarat’, sedangkan orang Nasranimengatakan, ‘Kebajikanituadalahmenghadapkearahtimurdengansegalakondisi’.Maka Allah menurunkanfirmanuntukmematahkanucapanmereka ‘Bukanlahkebajikanitu (dengan) menghadapkanwajah kalian kearahtimurdanbarat’.
Artinya, wallaahua’lam, ‘Sedangkan kalian adalah orang-orang musyrikpadahalkebajikantidakditetapkanbagiorang musyrik’.
Ketika Allah mengubahkiblatRasul-NyakearahMasjidil Haram, RasulullahmendirikansebagianbesarshalatnyadenganmenghadapkearahKa’bahdarisebelahpintuKa’bahtersebut.Beliaupuntelahmendirikanshalatdariarahbelakangdan orang-orang bersamabeliaumelakukanthawafdiKa’bahdenganmenghadapkearahKa’bahsepenuhnyadanmembelakangiMasjidil Haram”.
“Bukanlahmenghadapkanwajahmukearahtimurdanbaratitusuatukebajikan, akantetapisesungguhnyakebajikanituialahberimankepada Allah danHarikemudian….” (2 : 177) hinggarukunterakhir yang enam yang menjelaskantentanghakikatketaatandanpondasi-pondasitakwa.
Kemudiansuratinisampaipadapembentukanmasyarakatbarudanmenjelaskantentang lima rukunislamseperti yang telahdijelaskansebelumnya. Jugadibahastentangkeluargamuslimberkenaandenganhukumdalammembangundanmendirikannya. Janganlahkamulupabahwa Allah menjelaskanhaliniuntukmenunjukkankeadaanYahudipadamasadahulu, danbagaimanamerekamelenyapkanayat-ayat Allah yang banyakditurunkankepadamereka.
D.    Nilai-nilaipendidikanakhlakdalam  Qs. Al-Baqarahayat 177
Dari tafsir Al-Maraghi yang telahdijelaskandiatas, makadapatdiambilnilai-nilaiakhlakdiantaranya :
1.    Berimankepada Allah Swt, Hariakhir, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab Allah danparaNabidanRasul Allah.
2.    Takwasebagaiwujuddarikeimananterhadap Allah Swt.
3.    Membantusesamamanusia, terlebihkepada yang membutuhkansepertikerabat, fakir miskin, anakyatim, musaffir yang butuhpertolongan, memerdekakanbudakdanpeminta-minta.


لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
Menurut penafsiran al-Maraghi menghadap ke timur atau ke barat itu tidak mengandung unsur kebajikan. Karena pada hakikatnya pekerjaan tersebut tidak berarti apa-apa.

وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ
Akan tetapi yang dinamakan kebajikan yang sesungguhnya ialah menurut penafsiran al-Maraghi adalah iman, yang dibuktikan dengan amal perbuatan dan tingkah lakuyang mencerminkan keimanan tersebut.
Yang dimaksud iman di sini adalah mencakup berbagai aspek, sesuai dengan penjelasan al-Maraghi dalam tafsirnya yaitu:
a.    Iman kepada Allah adalah dasar semua kebajikan. Dan kenyataan ini takkan pernah terbukti melainkan jiks imsn tersebut telah meresap ke dalam jiwa dan merayap ke seluruh pembuluh nadi yang idsertai dengan sikap khsusyu’, tenang, taat, patuh, dan hatinya tidak akan meledak-meledak lantaran mendapatkan kenikmatan, dan tidak berputus asa ketika tertimpa musibah. Hal ini seperti yang pernah Allah firmankan dalam QS, Ar-Ra’du ayat 13
b.    Iman kepada hari akhir mengingatkan manusia bahwa ternyata terdapat yang ghaib, kelak di akhirat yang akan dihuni.
c.    Beriman kepada para malaikat adalah titik tolak iman kepada wahyu, kenabian, dan hari akhir. Siapa pun yang menolak keimanan terhadap malaikat berarti mengingkari seluruhnya. Sebab, di antara malaikat itu ada yang bertugas sebagai penyampai wahyu kepada para Nabi, dan memberikan ilham mengenai persoalan agama.
d.    Iman kepada kitab-kitab samawi yang dibawa oleh para Nabi mendorong seseorang untuk mengamalkan kandungan kitab yang berupa perintah maupun larangan.
e.    Iman kepada Nabi mendorong untuk mengikutinya. Orang yang beriman pada nabi maka akan selalu mencintai dan mengamalkan ajaran-ajaran yang dibawanya ssebagai wujud keimanan dan kecintaan tersebut.

وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ
Menurut penafsiran al-Maraghi,yang dinamakan kebajikan adalah mengeluarkan harta kepada orang-orang yang membutuhkan karena belass kasihan terhadap mereka, dan tidak mengharap imbalan (kecuali) mengahrap ridho Allah swt).orang yang berhak mendapat sedekah menurut al-Maraghi adalah sebagai berikut:
a.    Sanak famili yang membutuhkan. Merekaa adalah orang yang paling berhak menerima uluran tangan. Karena, berdasarkan fitrahnya, manusia akan merasa lebih kasih sayang terhadap sanak familinya yang hidup miskin dibanding orang lain.
b.    Anak-anak yatim, yakni anak-anak kaum miskin yang tidak mempunyai ayah yang memberikan nafkah kepada mereka.
c.    Kaum fakir miskin. Mereka adalah orang-orang yang tidak mampu berusaha menncukupi hidupnya. Ibnu Sabil, (orang yang sedang dalam perjalanan jauh). Di dalam syari’at diperintahkan untuk memberi pertolongan kepada mereka untuk bisa melanjutkan perjalanannya.
d.    Orsng ysng meminta-minta. Yakni orang yang terpaksa melakukan pekerjaan meminta-minta kepada orang lain karena terdesak oleh kebutuhan yang dirasakan sangat berat.
e.    Memedekakan budak atau hamba ssahaya. Dalam pembicaraan ini termasuk di dalamnya adalah menebus tawanan perang dan memberikan bantuan kepada hamba yang telah menandatangani perjanjian dengan majikannya untuk suatu kemerdekaan yang dibayar dengan cara angsuran (kitabi)
Sesuai dengan penafsiran di atas bahwasanya di dalam surat al-Baraqah ayat 177 terdapat nilai akhak terhadap sesama manusia karena dalam ayat ini menjelaskan pentingnya menolong sesama manusia khususnya bagi yang membutuhkan, seperti mengeluarkan atau menafkahkan sebagian harta yang dimiliki untuk diberikan pada yang membutuhkan.



Dan mereka orang-orang yang membuat benteng antara diri mereka dan murka tuhan dengan iman dan takwanya. Dalam penafsiran ini terkandung nilai taaqwa, yaitu berusaha menghindarkan dirinya dari perbuatan yang dibenci Allah sebagai wujud dari keimanannya.
Dari penafsiran al-Maraghi di atas, maka dapat diambil nilai-nilai akhlak, diantaranya:
a.    (Iman) pada Allah swt, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab Allah dan para Nabi dan Rasul
b.    (Takwa) sebagai wujud keimanan terhadap Allah swt.
c.    (Membantu sesama manusia) terlebih kepada yang membutuhkan seperti kerabat, fakir miskin, anak yatim, musafir yang butuh pertolongan, memerdekakan budak dan peminta-minta.
d.    (Khusyu’), yaitu melaksanakan shalat dengan memperhatikan setiap kandungan rahasia di dalam shalat tersebut.
e.    (Amanah), yaitu menunaikan shalat dan zakat sebagai suatu yanng wajib dilakukan.
f.    (Tawakkal), Tidak terkejut bila mendapat ujian karena selalu menyerahkan segala sesuatunya pada Allah SWT.
g.    (Sidiq), menepati janji apabila berjanji.
h.    (Bersabar) ketika mendapatkan musibah.


BAB III
PENUTUP

























DAFTAR PUSTAKA


As-Suyuthi, Jalaluddin.2008. SebabTurunnyaAyat Al-Qur’an.Jakarta :GemaInsani.
Al-Farran, Ahmad Musthafa. 2007. TAFSIR Imam Syafi’I (Surah Al-Fatihah – Surah Ali-Imran). Jakarta :Almahira.
Al-Ghazali, Muhammad.Tafsir Al-Ghazali. 2004. Yogyakarta :Islamika.


0 comments:

Post a Comment

 

lautan inspirasi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang