Sunday 11 February 2018

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL MASA REMAJA (STUDI KASUS)



PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL MASA REMAJA
Riset ini disusun untuk memenuhi tugas Mid Semester Mata Kuliah Pengembangan Teori Peserta Didik
Dosen Pengampu: Dr. Eva Latipah, M. Si.











Oleh: 
Ummu Mawaddah (1620410004)

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
KONSENSTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2017

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa dalam kurun umur 12-24 tahun.[1] Menurut Santrock, masa remaja bukanlah masa pemberontakan, krisis, penyakit, dan penyimpangan. Gambaran yang lebih akurat mengenai masa remaja adalah sebagai waktu untuk evaluasi, pengambilan keputusan, komitmen dan mencari tempat di dunia. Kebanyakan problema yang dihadapi kawula muda dewasa ini bukanlah dengan kawula muda itu sendiri, akan tetapi yang dibutuhkan para remaja adalah akses terhadap berbagai peluang yang tepat dan dukungan jangka panjang dari orang dewasa yang sangat menyayangi mereka.[2]
Remaja masa kini menghadapi tuntutan dan harapan, demikian juga bahaya dan godaan, yang tampaknya lebih banyak dan kompleks ketimbang yang dihadapi remaja generasi yang lalu. Berkembangnya media dan teknologi memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan remaja dewasa ini. Banyak terjadi penyimpangan yang dilakukan oleh remaja setelah mereka menyaksikan acara di televisi diperparah dengan browsing dengan bebas di dunia internet. Perubahan menuju arah negatif ini kemudian didukung oleh kondisi pergaulan teman ataupun komunitas. Meskipun cenderungnya ke arah negatif, sebenarnya perkembangan remaja juga bergerak menuju ke arah positif. Hal yang perlu dilakukan sebenarnya adalah memberikan peluang, dukungan serta pengawasan yang besar terhadap perkembangan remaja itu sendiri.
Riset ini merupakan sebuah penelitian kecil yang lebih fokus berbicara mengenai perkembangan psikososial remaja di mana di dalamnya tercakup perubahan dan stabilitas di dalam emosi, kepribadian, dan hubungan sosial. Perubahan ini dapat mempengaruhi fungsi kognitif dan fisik. Berdasarkan penelitian, hubungan ini sangat berkontribusi terhadap harga diri (self-esteem) serta dapat mempengaruhi penerimaan sosial dan memilih pekerjaan di masa depan.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1)      Bagaimana perkembangan psikososial pada masa remaja?
2)      Bagaimana analisis hasil observasi perkembangan psikososial pada masa remaja?

C.  Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk:
1)      Mengetahui perkembangan psikososial pada masa remaja
2)      Mengetahui analisis hasil observasi perkembangan psikososial pada masa remaja


BAB II
LANDASAN TEORETIS

A.    Definisi Masa Remaja
Hurlock membagi masa remaja menjadi dua, yaitu masa remaja awal (11/12-16/17 tahun) dan remaja akhir (16/17-18 tahun).[3] Masa remaja awal kira-kira sama dengan masa sekolah menengah pertama dan mencakup kebanyakan pubertas. Masa remaja akhir menunjuk pada kira-kira setelah usia 15 tahun. Minat pada karir, pacaran, dan eksplorasi identitas seringkali lebih nyata dalam remaja akhir ketimbang dalam masa remaja awal.[4]
Menurut Hall yang dikutip oleh Sarwono, masa remaja merupakan masa “storm and drang” (topan dan badai), masa penuh emosi dan adakalanya emosinya meledak-ledak yang muncul karena adanya pertentangan nilai-nilai. Emosi yang menggebu-gebu ini terkadang menyulitkan, baik bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang tua atau orang dewasa di sekitarnya. Akan tetapi, emosi yang menggebu-gebu ini adakalanya bermanfaat bagi remaja dalam upaya menemukan identitas diri. Reaksi orang-orang di sekitarnya akan menjadi pengalaman belajar bagi remaja untukan menentukan tindakan yang akan dilakukannya kelak.[5]
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Masa peralihan tentu memiliki kerentanan terjadinya hal-hal negatif yang lebih besar karena pada saat ini remaja tengah mencari identitas diri. Mereka sering bertanya mengenai dirinya sendiri sehingga tak jarang muncul penyimpangan-penyimpangan baik secara emosional maupun sosial yang dilakukan oleh mereka. Menyikapi hal demikian, remaja perlu mendapatkan kontrol dari keluarga terutama orang tua. Remaja seharusnya mendapatkan wadah yang tepat terkait perkembangannya, maka hendaknya orang tua mendukung hal-hal positif yang dilakukan sang remaja.  

B.     Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja
Ada empat ciri-ciri utama yang harus diperhatikan dalam perkembangan kehidupan remaja yaitu:
  1. Adanya kesadaran akan adanya perubahan-perubahan dalam kenyataan dirinya sebagai makhluk biologis, terutama adanya perubahan-perubahan pada bentuk tubuh sebagai akibat dari fisiologis karena bekerjanya kelenjar-kelenjar tertentu menjadi lebih aktif
  2. Sejak masa anak sekolah sampai tiba pada masa remaja, si anak yang menjadi remaja merasakan adanya keterkaitan kepada teman kelompok sebaya dalam lingkup ”heterosexsualitas”.
3.      Timbulnya dorongan untuk mencapai kebebasan pribadi dalam usaha memantapkan status dirinya dalam lingkungan hidupnya sebagai individu yang berdiri sendiri (a separate self).
4.      Adanya keinginan remaja untuk memantapkan filsafat hidupnya dan pola tertentu berdasarkan kesatuan norma kehidupan yang dianutnya, yang akan dijadikan pedoman di dalam ia bertingkah laku dalam perkembangan sebagai manusia dewasa.[6]
Berdasarkan empat ciri utama tersebut di atas, maka ada sepuluh tugas perkembangan remaja dalam proses perkembangannya untuk melampui masa pancaroba untuk mencapi kedewasaan. Menurut Monk yang dikutip Muazdalifah, Sepuluh tugas perkembangan itu adalah:
1.      Menerima kenyataan fisiknya serta menggunakan seefektif-efektifnya. Tujuan dari tugas perkembangan ini ialah bangga, toleran dengan keadaan tubuhnya
2.      Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman sebaya baik laki-laki maupun perempuan.
3.      Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita, yaitu menerima dan belajar berperan secara sosial sebagai pria atau wanita.
4.      Mencapai kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya.
5.      Mencapai adanya jaminan dan kebebasan okonomi.
6.      Memilih dan mempersiapkan diri untuk sesuatu jabatan atau pekerjaan.
7.      Mempersiapkan diri untuk persiapan perkawinan dan keluarga.
8.      Memperkembangkan keterampilan intelektual dan konsep yang diperlukan dalam kehidupan sebagai anggota masyarakat dan warga Negara.
9.      Adanya keinginan dan kemauan untuk mencapai tanggung jawab sosial.
10.  Memperoleh suatu sistem kesatuan norma hidup yang dijadikan pedoman dalam tindakan-tindakannya dan pandangan hidup.[7]

C.    Perubahan Psikososial Masa Remaja
Perubahan fisik yang cepat dan terjadi secara berkelanjutan pada remaja menyebabkan para remaja sadar dan lebih sensitif terhadap bentuk tubuhnya dan mencoba membandingkan dengan teman-teman sebaya. Jika perubahan tidak berlangsung secara lancar maka berpengaruh terhadap perkembangan psikis dan emosi anak, bahkan terkadang timbul ansietas, terutama pada anak perempuan bila tidak dipersiapkan untuk menghadapinya. Sebaliknya pada orangtua keadaan ini dapat menimbulkan konflik bila proses anak menjadi dewasa ini tidak dipahami dengan baik. Perubahan psikososial pada remaja dibagi dalam tiga tahap yaitu remaja awal (early adolescent), pertengahan (middle adolescent), dan akhir (late adolescent). Periode pertama disebut remaja awal atau early adolescent, terjadi pada usia usia 12-14 tahun. Pada masa remaja awal anak-anak terpapar pada perubahan tubuh yang cepat, adanya akselerasi pertumbuhan, dan perubahan komposisi tubuh disertai awal pertumbuhan seks sekunder.[8] Karakteristik periode remaja awal ditandai oleh terjadinya perubahan-perubahan psikologis seperti,
  1. Krisis identitas
  2. Jiwa yang labil
  3. Meningkatnya kemampuan verbal untuk ekspresi diri
  4. Pentingnya teman dekat/sahabat
  5. Berkurangnya rasa hormat terhadap orangtua
  6. kadang-kadang berlaku kasar
  7. Menunjukkan kesalahan orangtua
  8. Mencari orang lain yang disayangi selain orangtua
  9. Kecenderungan untuk berlaku kekanak-kanakan
  10. Terdapatnya pengaruh teman sebaya (peer group) terhadap hobi dan cara berpakaian.[9]
Pada fase remaja awal mereka hanya tertarik pada keadaan sekarang, bukan masa depan, sedangkan secara seksual mulai timbul rasa malu, ketertarikan terhadap lawan jenis tetapi masih bermain berkelompok dan mulai bereksperimen dengan tubuh seperti masturbasi. Selanjutnya pada periode remaja awal, anak juga mulai melakukan eksperimen dengan rokok, alkohol, atau narkoba. Peran peer group sangat dominan, mereka berusaha membentuk kelompok, bertingkah laku sama, berpenampilan sama, mempunyai bahasa dan kode atau isyarat yang sama.



BAB III
METODE PENELITIAN

A.      Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada riset ini adalah siswa kelas VIII yang tinggal di sebuah asrama di Kotagede. Lebih khususnya, peneliti melakukan observasi yang mendalam pada salah satu anak yang bernama Pretty Angel (14 th). Subjek sekunder pada riset ini adalah Ketua asrama dan Bunda Pengasuh remaja.

B.       Metode Pengumpulan Data
Metode observasi merupakan salah satu teknik yang sering digunakan dalam penelitian, baik kualitatif maupun kuantitatif, baik soisal maupun humaniora. Observasi yang digunakan oleh peneliti dalam kegiatan penelitian ini adalah observasi partisipan pasif yaitu peneliti hanya datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut. Tujuan dari observasi ini untuk melakukan pengamatan di lapangan, tidak hanya mengumpulkan data yang kaya atau banyak tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi dan merasakan suasana situasi yang diteliti. Observasi ini dilakukan secara langsung dan alamiah didukung dengan wawancara tidak terstruktur, seperlunya. Adapun data ini disajikan dalam bentuk deskripsi yang lebih mirip dengan rangkaian cerita. Akan tetapi perlu diketahui bahwa kejadian tersebut nyata dan benar-benar hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti secara langsung.


BAB IV
PEMBAHASAN

A.      Deskripsi Perkembangan Psikososial Remaja
Pretty Angel merupakan salah satu siswa kelas VIII di sebuah madrasah tsanawiyah dan asrama yang berada di Yogyakarta. Dia mulai tinggal di asrama pada tahun 2015. Seiring bertambahnya usia, muncul perubahan-perubahan di dalam dirinya. Pada awalnya, Angel tampak pendiam dan penurut. Hanya saja, karena belum terbiasa tinggal di asrama, terkadang dia lupa kalau harus mengenakan jilbab setiap saat. Pernah suatu ketika, dia pulang dari sekolah dengan menyampirkan jilbab di pundaknya begitu saja. Tidak ada perasaan bersalah hinggap di hatinya, bahkan ketika diingatkan dia hanya tersenyum dan mengatakan, “Saya lupa, Bun”. Dia mengikuti seluruh peraturan yang ditetapkan di asrama, baik itu shalat berjamaah, mengaji, dan sebagainya.
Sayangnya, hal tersebut berlangsung sekitar satu tahunan saja. Memasuki tahun kedua di asrama, atau tahun di mana dia duduk di bangku kelas delapan, sikapnya mulai berubah. Perubahan tersebut bukan menuju ke arah positif, namun sebaliknya menuju ke arah negatif. Angel yang memiliki rumah dekat dengan asrama lebih sering pulang dan kembali ke asrama pada waktu malam, padahal peraturannya adalah seluruh siswa harus kembali ke asrama sebelum maghrib. Hal tersebut tentu meresahkan warga asrama, terutama para bunda pengasuh. Angel berkali-kali mendapatkan teguran bahkan dari ketua asrama. Ketika Angel dipanggil untuk dimintai keterangan terkait keterlambatannya pulang, dia selalu memiliki alasan yang tidak masuk akal atau nampak sengaja dibuat-buat.
            “Angel, kenapa pulang terlambat?” tanya ketua asrama.
            “Angel tadi pulang, terus ketiduran” jawabnya sambil menunduk.
“Kenapa tidak dibangunkan? Tadi shalat maghrib tidak?”
“Angel tidak tahu” Angel menjawab dengan ekspresi takut. Pada hari itu, Angel dibebaskan. Ketua asrama hanya menggeleng-gelengkan kepala.
            Angel adalah anak pertama dari pasangan Muji dan Lestari. Dia memiliki dua adik, semuanya laki-laki. Akhir-akhir ini, keluarganya mengalami cobaan yang berat. Selain mengalami sakit parah, orangtuanya tertipu hingga harta bendanya habis dan jatuh miskin. Mereka yang awalnya kaya raya kini harus beralih dalam kehidupan yang lebih sederhana. Sayangnya, Angel dan keluarganya kurang bisa menerima kenyataan bahwa mereka kini jatuh miskin. Pernah suatu ketika, Angel bercerita kepada teman-temannya bahwa ia memiliki empat mobil. Ia juga mengatakan bahwa ayahnya akan membelikan motor baru. Untuk membuktikan kebenaran tersebut, teman sekelas Angel yang bernama Lia mencoba bermain ke rumah Angel. Sampai di sana, Lia tidak dipersilakan masuk. Betapa kecewanya Lia karena dia tidak menemukan apapun yang diceritakan oleh Angel. Saat itu, teman-teman Angel mulai kehilangan kepercayaan terhadapnya.
Keadaan ini diperparah dengan tunggakan SPP Angel yang semakin menumpuk di sekolah. Sesuai kebijakan sekolah, Angel terpaksa dikeluarkan karena dipandang merugikan. Hal ini kemudian menyulut emosi dari pihak orang tua Angel. Pada hari itu juga, ayah dan ibunya datang ke sekolah untuk menyampaikan ketidaksetujuan mereka. Akan tetapi, kedatangan mereka ternyata membuat keadaan sekolah menjadi kurang nyaman. Orang tua Angel marah-marah dan berkata kasar di depan guru yang disaksikan oleh warga sekolah. Meskipun pihak sekolah sudah menyampaikan baik-baik perihal mereka, orang tua Angel tetap tidak bisa menerima keputusan tersebut. Mereka berteriak-teriak seolah kesetanan.
“Siapa bilang kami tidak bisa bayar. Kami orang kaya, kami punya harta yang banyak di mana-mana. Kami punya tanah dan kebun yang luas. Tapi yang namanya sedang berada di bawah, kami saat ini sedang tidak punya ya berarti belum bisa membayar.” Teriak ayah Angel sambil menjelaskan panjang lebar.
Akhirnya, pihak sekolah memutuskan untuk mengalah. Angel saat itu hanya diam. Mungkin dia tidak begitu tahu persoalan yang tengah menimpa keluarganya.
Di lain pihak, asrama Angel memiliki kepengurusan yang berbeda dengan sekolah. masing-masing memiliki yayasan yang menaunginya. Keputusan di sekolah belum tentu menjadi keputusan di asrama, begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, Angel tidak dikeluarkan oleh sekolah karena masalah finansial. Asrama masih menerimanya karena pelanggaran yang dilakukan oleh Angel masih terhitung wajar dan belum mencapai standar untuk dikeluarkan.
Tidak disangka, tidak lama setelah kejadian di sekolah, Angel melakukan kesalahan yang cukup fatal. Dia menjadi ‘tersangka’ kasus pencemaran nama baik bunda pengasuh keamanan. Lebih buruknya lagi, Angel menyumpah mati bunda-bunda yang selama ini mengawasi perkembangannya. Hal itu terjadi karena Angel merasa selalu diingatkan sampai dia sendiri merasa bosan dan jengkel. Dia merasa tidak bebas alias terkengkang. Berdasarkan pengakuannya, kasus tersebut dilakukan bersama dua temannya, Intan dan Seivi. Untuk melacak kebenaran tersebut, ketiga ‘tersangka’ dipanggil untuk dimintai keterangan. Hal tersebut dilakukan supaya tidak terjadi kasus yang serupa di kalangan siswa atau yang lainnya, sekaligus menjadi peringatan agar mereka jera. Setelah ketiganya dipanggil, keterangan dari masing-masing sangat berbeda. Mereka berdua tidak mengakui perbuatannya bersama Angel. Tentu pernyataan mereka menimbulkan keresahan di pihak bunda pengasuh. Sebelumnya Angel sudah pernah dipanggil seorang diri dan diminta untuk menelpon orangtuanya untuk datang. Dalam percakapan melalui telepon, Angel juga diminta untuk meminta maaf kepada orang tuanya, meskipun dia sempat menolak dan menyuguhkan berbagai alasan.
Saat itu, Angel diberi waktu untu menelepon orang tuanya. Bunda pengasuh menentukan pada malam selasa. Dengan tanpa merasa bersalah, Angel mengatakan bahwa dia memiliki keleluasan waktu sesuka hatinya. “Terserah saya kapan mau menelepon orang tua” sahutnya ketus. Hal ini tentu membuat bunda pengasuh jengkel. Salah satu dari mereka sampai melontarkan kata-kata “muak” melihat tingkahnya. “Saya muak lihat kamu, tak sudi lihat kamu” ujar bunda jengkel. Bukannya diam, Angel menjawab pernyataan sang bunda dengan lebih ketus lagi, “Ya biarin”. Dalam persidangan tersebut, Angel mengeluh mengapa selalu dirinya yang salah.
“Angel lagi, Angel lagi yang salah. Kenapa sih Bun, harus Angel terus yang salah?” ekspresi mata Angel berkaca-kaca dan nampak ada guratan dendam.
“Ya karena memang kamu yang salah. Kalau kamu tidak bersalah, tidak mungkin kamu di sini”
Angel juga protes karena dia merasa bunda mengingkari kata-katanya. “Katanya kalau Angel dipanggil nggak akan diceritakan sama teman-teman. Mengapa ini diceritakan?”
Bunda hanya menghela nafas atas ketidakpahaman Angel yang entah murni atau dibuat-buat. Bunda memang mengatakan untuk merahasiakan setiap kejadian atau kelakuan buruk siswa yang dipanggil. Akan tetapi, bunda tentu harus mengkomunikasikan dengan bunda atau yang lain untuk mengkroscek kebenarannya. Keterangan satu orang belum tentu bisa langsung dipercaya, apalagi Angel yang memilki riwayat membohongi teman-temannya.
Malam itu, Kamis setelah shalat Isya berjamaah, tiba-tiba orang tua Angel datang dan memasuki kantor di mana tiga siswa tadi sedang dimintai keterangan. Sidang belum selesai, bahkan nampak berbuntut panjang. Akan tetapi karena kedatangan tamu tersebut, anak-anak tadi kecuali Angel terpaksa dibubarkan sebelum terselesaikan. Akhirnya, bunda pengasuh berbincang-bincang lama di kantor, sementara masjid tengah diramaikan oleh suara Yasin yang tengah dilantunkan secara berjamaah.
Kedatangan orang tua Angel memang berdasarkan pemberitahuan anaknya beberapa hari yang lalu. Saat itu juga, bunda pengasuh segera menyampaikan seluruh keterangan yang telah dipersiapkan terkait perkembangan Angel. Mendengar pernyataan dari bunda, emosi ibu Angel segera naik. Dia marah kepada anaknya yang ternyata tidak sesuai dengan harapan orang tua. Awalnya sang ibu menanyakan hubungannya dengan seorang laki-laki, teman sekelas di sekolah. beberapa hari yang lalu, Angel juga pernah tersandung kasus pacaran. Ia dipergoki melakukan triple date di sebuah perpustakaan yang ada di Bantul. Mengadakan pertemuan dengan non-mahrom merupakan salah satu pelanggaran berat di asrama. Hukumannya pun cukup berat karena selain hukuman fisik dan materi, siswa yang ketahuan melakukan itu harus mengakui kesalahannya di depan umum. Suatu hal yang bisa menurunkan mental sehingga membuat jera.
“Kamu masih berhubungan dengan lelaki setan itu?” tanya ibu Angel sambil melotot. Ekspresinya cukup menakutkan, apalagi dia berasal dari luar Jawa.
“Enggak, Ma” Angel memelas. Ekspresinya ketakutan.
“Alah mama tidak percaya. Kamu bohong kan? Kamu masih berhubungan sama anak setan itu” sang mama tambah marah.
“Kamu selama ini membohongi mama. Bilangnya sudah tidak ada hubungan sama lelaki setan itu. Ternyata masih ketemuan. Iya kan? Kamu juga setiap kali mama tanya, ngaji enggak, jawabnya udah, jamaah enggak, jawabnya udah. Ternyata kamu kayak gitu. Kamu kalo pulang sekolah tidak segera kembali ke asrama kan? Kamu malah duduk-duduk di sekolah dengan temanmu yang nggak jelas.”
“Itu Angel nemenin anak yang tidak tinggal di asrama, Ma. Mama harus percaya sama Angel.”
Percakapan antara anak dengan orang tuanya tersebut nampak seperti acara-acara yang disuguhkan di televisi kita. Mengandung drama yang hanya sekadar fiktif belaka. Meskipun demikian, saya tetap mengamati pertemuan tersebut hingga hampir usai. Hingga kegiatan asrama silih berganti, pertemuan di kantor masih saja belum usai. Dari waktu ke waktu, suasana berubaha menjadi lebih tegang. Bunda pengasuh tidak banyak bicara, hanya suara orang tua dan Angel yang nampak berdebat hingga pecah tangis di antara mereka. Dalam percakapan tersebut, Angel lebih banyak mengelak atas tuduhan-tuduhan yang dialamatkan kepadanya. Tuduhan tersebut bukan tanpa alasan, akan tetapi berdasarkan kenyataan yang sudah dicek kebenarannya. Hanya saja Angel selalu ingin membela diri.
“Kamu nggak tahu. papa dan mama sering bertengkar gara-gara kamu. Papamu selalu membelamu. Kamu juga nggak tahu, siang malam papa dan mama banting tulang, nyari duit buat kamu. Kepala jadi kaki, kaki jadi kepala. Kamu pikir gampang apa? Atau kamu sudah tidak ingin sekolah? iya? Kamu pengin kawin? Kawin sajalah kau daripada membuat malu mama.”
“Nggak, Ma, nggak mau”
“Anak tidak tahu diri, bisanya bikin mama malu.” Orang tua Angel terus menumpahkan kekesalannya.
“Ma, mama tidak tahu selama ini Angel sakit. Angel tidak pernah bilang sama mama. Angel nggak mau mama tahu. Cukup Angel Ma, yang menderita.” Angel menangis. Suaranya serak. Sementara bunda pengasuh hanya menunduk dan diam.
Percakapan mengalir tanpa henti. Sang ayah yang suaranya tidak begitu keras seperti sang ibu juga menambahkan keterangan panjang lebar. Suaranya pelan. Pada akhir-akhir percakapan, sang ayah mengancam akan melaporkan asrama pada pihak perlindungan anak. Di sini saya tidak begitu mengerti mengapa tiba-tiba Angel yang pada awalnya dimarahi oleh kedua orang tuanya menjadi dilindungi, padahal jelas-jelas ia bersalah jika dikaitkan dengan peraturan yang berlaku di asrama. Menurut sang ayah, perkembangan Angel dibatasi. Ia berontak karena banyak hal yang tidak sesuai dengan kehendak hatinya. Biar bagaimnapun, bunda pengasuh belum bisa ‘memenangkan’ argumen untuk memahamkan ayah Angel yang bersikeras dengan pendiriannya. Pada intinya, mereka merasa benar dan telah terdzalimi. Malam itu juga, sekitar pukul 10.00 WIB orang tua Angel pulang. Sebenarnya Angel sudah hampir dikeluarkan dari asrama, namun orang tuanya telah meminta keringanan dan memelas kepada pemilik asrama agar diberi kesempatan untuk belajar di tempat yang sama. Permohonan tersebut dikabulkan, bahkan Angel dibebaskan dari pembayaran SPP asrama. Hasil ini cukup tidak menguntungkan para bunda, mengingat sikap Angel yang kurang sopan dan keterlaluan telah membuat mereka kesal dan lelah. Namun apa boleh dikata, keputusan pemilik asrama adalah keputusan tertinggi yang tidak bisa diganggu gugat oleh bawahannya. Pemilik asrama tentu telah mempertimbangkan segala resiko yang akan terjadi dengan mempertahankan Angel, di sisi lain menginginkan adanya perubahan menuju hal yang positif.
Beberapa hari setelah kejadian pada malam itu, Angel kembali melakukan pelanggaran di asrama. Dia tidak mengikuti kegiatan doa menjelang ujian. Seluruh temannya berkumpul di aula sementara dia sibuk berada di kamar. Salah satu bunda sempat memergokinya sedang bersembunyi di balik pintu. Tingkahnya begitu mencurigakan. Tidak lama setelahnya, Angel kepergok mengoperasikan HP di kamarnya. Perbuatan itu juga melanggar karena siswa setingkat SMP dan SMA yang tinggal di asrama tidak diperkenankan membawa HP. Di sana ada fasilitas HP untuk digunakan secara kolektif. Lagi-lagi fenomena dramatis kembali terjadi. Bunda yang melihat gelagat Angel segera meminta HP yang kemudian ia sembunyikan. Mesikipun melalui proses pengambilan dan perdebatan yang panjang, HP dapat segera diamankan untuk disita selamanya.
Karena tidak terima, Angel melaporkan kejadian tersebut kepada ibunya. Tanpa menunggu lama, sang ibu langsung datang menemui para bunda dan ketua asrama untuk meminta HP yang telah disita. Sebenarnya HP yang disita sudah menjadi hak asrama dan tidak dapat diminta kembali, namun ibu Angel nampak melakukan tindakan anarkis di kantor. Dia meminta dengan paksa. Pada akhirnya, HP tetap diberikan dengan mempertimbangkan keselamatan para bunda. Di sini, tingkah Angel semakin membuat banyak orang kesal, termasuk teman-teman di asrama. Menurut teman-temannya, Angel selalu berkata dan berbuat sesukanya, bahkan cenderung menjadi penguasa.
Beberapa hari berselang, Angel tidak nampak di asrama. Saat itu ibunya datang untuk mengambil barang-barang Angel. Hal ini dikarenakan sang ibu telah menyanggupi pengeluaran Angel dari sekolah. Otomatis asramanya juga keluar. Pada saat itu, ibu Angel marah-marah karena banyak barang-barang Angel yang tidak ditemukan. Sang ibu lebih marah ketika sandalnya sudah tidak ada di halaman. Ibu Angel memaki-maki keadaan asrama dan mengungkapkan penyesalannya karena telah memasukkan Angel di asrama. Menurut kabar sang ibu, Angel berada di rumah sakit karena sakit yang diakibatkan oleh asrama. Setelah ditelusuri, ternyata tidak ada rumah sakit yang menerima pasien bernama Angel. Bunda pengasuh dari asrama pun menyimpulkan bahwa kejadian tersebut sengaja dibuat untuk menghilangkan rasa malu yang mendera keluarga Angel. Sampai di sini, observasi yang dilakukan oleh peneliti telah berhenti dan dianggap cukup.
                                                                        Yogyakarta, April 2017
****



B.       Analisis Hasil Penelitian
Perkembangan psikososial pada remaja meliputi emosi, kepribadian, dan hubungan sosial. Berikut adalah analisis hasil observasi yang telah peneliti lakukan terhadap subjek penelitian bernama Angel.
  1. Krisis identitas
Remaja mengalami krisis identitas. Pada masa ini, mereka berada dalam tahap pencarian jati diri. Mereka sering melakukan berbagai tindakan untuk mencari jawaban siapakah sebenarnya mereka. Angel juga mengalami krisis identitas karena dia melakukan berbagai tindakan yang menyimpang dengan norma atau aturan yang berada di asrama maupun peraturan yang dibuat oleh ibunya.
  1. Jiwa yang labil
Angel belum memiliki jiwa yang stabil. Dia yang awalnya penurut mengalami perubahan drastis sehingga menjadi bandel. Hal tersebut terjadi karena ia terpengaruh oleh iklim yang kurang baik di asrama. Sebenarnya asrama menyuguhkan program-program yang positif, hanya saja karena ada beberapa anak yang melanggar peraturan, Angel terpengaruh oleh lingkungan di mana ia tinggal. Ia belum bisa memilih kegiatan yang baik untuk dirinya dan masa depannya. Keadaan yang labil inilah yang membuat dia seperti kehilangan arah.
  1. Meningkatnya kemampuan verbal untuk ekspresi diri
Kemampuan verbal adalah kemampuan memperbanyak kosakata. Seperti dalam deskripsi hasil observasi di atas, Angel mampu mengeluarkan kata-kata seperti dalam sinetron televisi. Dia berekspresi sesuai dengan perannya sebagai anak yang tengah membela diri. Kata-katanya cukup mengejutkan orang tua dan bundanya.
Kosakata dapat diperoleh melalui interaksi dengan teman sebaya. Di asrama sendiri, diadakan kegiatan rutin untuk meningkatkan kemampuan verbal anak-anak seperti dengan pidato dan drama. Angel termasuk suka main drama. Selain itu, kebiasaan membaca novel, cerita atau berita pada koran KR tiap pagi memberi pengaruh yang cukup signifikan dalam peningkatan kemampuan verbal Angel.
  1. Pentingnya teman dekat/sahabat
Angel bukan berarti tidak memiliki teman dekat. Ia memiliki sahabat, namanya Ainun. Ainun adalah kakak kelasnya. Ainun menjadi teman berbagi cerita Angel, bahkan dia sering diajak ke rumah Angel. Teman dekat bisa memberi pengaruh positif maupun negatif pada seseorang, tergantung bagaimana ia menyikapinya.
  1. Berkurangnya rasa hormat terhadap orangtua
Hal ini juga terjadi pada Angel yang mulai berani kepada orang tua. Setiap perkataan orang tuanya ia jawab dengan kurang sopan. Di asrama, Angel berani memaki-maki bunda pengasuh dan juga menyumpahnya mati. Seharusnya, remaja bisa lebih menghormati orang yang lebih tua di atasnya. Dengan demikian, hubungan sosial akan terjaga dengan baik.
  1. Kadang-kadang berlaku kasar
Hal ini terjadi pada Angel. Selain berkata-kata kasar, ia juga terkadang berlaku kasar pada orang lain. Berdasarkan keterangan, Angel pernah mendorong temannya hingga hampir jatuh.
  1. Menunjukkan kesalahan orangtua
Ketika orang tua Angel datang pada Kamis malam Jumat, Angel berkali-kali menunjukkan kesalahan orang tuanya yang ia nilai kurang perhatian, kurang sayang dan sebagainya. Seorang remaja cenderung tidak melihat kesalahan pada dirinya, namun seringkali mereka menyalahkan orang tua dan juga orang lain.
  1. Mencari orang lain yang disayangi selain orangtua
Selain Ainun, Angel memiliki teman dekat laki-laki, teman sekelasnya. Ia adalah pacar Angel yang disebut “anak setan” oleh orang tua Angel. Pacar merupakan orang yang disayangi secara berlebih dari sekadar teman biasa, bahkan lebih dari orang tua. Hubungan Angel dengan laki-laki tersebut tidak disetujui oleh orang tuanya. Selain karena masih terlalu kecil, hubungan mereka menunjukkan hubungan yang kurang sehat. Dikhawatirkan, mereka terjerumus pada pergaulan bebas yang menyesatkan.
  1. Kecenderungan untuk berlaku kekanak-kanakan
Meskipun sudah remaja, seseorang terkadang cenderung berlaku kekanak-kanakan. Ia ingin dimanja dan diperhatikan orang lain. Seperti Angel yang sering manja kepada bunda.
  1. Terdapatnya pengaruh teman sebaya (peer group) terhadap hobi dan cara berpakaian.
Seperti yang dijelaskan di atas, Angel mengalami perubahan akibat pergaulan dengan temannya. Dalam hal pakaian, Angel mengutamakan solidaritas bersama teman-teman angkatannya dengan membuat baju seragam, meskipun harganya mahal. Hobi sebagian besar siswa MTs di asrama adalah menyanyi. Dalam perkembangannya, Angel juga memiliki hobi menyanyi seperti teman-temannya.
Jika dilihat dari tugas perkembangan remaja, Angel sepertinya belum siap untuk mengemban tugas tersebut. Bukan berarti dia tidak memiliki potensi positif. Hanya saja, segalanya masih memerlukan bimbingan dan pengawasan dari orang-orang yang mencintainya.
****

BAB V
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.    Angel merupakan seorang remaja yang duduk di bangku MTs di Yogyakarta dan tinggal di asrama. Kehidupan membuatnya banyak berubah. Angel memiliki catatan hitam di asrama di mana ia tinggal hingga pada akhirnya terpaksa dikeluarkan.
2.    Perilaku Angel dilihat dari perkembangan psikososialnya memenuhi kriteria yang ditawarkan oleh hasil penemuan penelitian. Sayangnya, porsi penyimpangan yang ada pada dirinya lebih banyak sehingga sudah tidak bisa lagi dikatakan wajar. Angel di sini sangat berani kepada orang yang lebih tua bahkan sempat memakinya. Dia juga pandai memutarbalikkan fakta. Selain itu, pergaulannya dengan lawan jenis masuk dalam kategori tidak wajar dilihat dari usia perkembangannya.
B.       Saran
Menurut hemat peneliti, perkembangan remaja tidak selamanya buruk. Akan tetapi, pihak-pihak penting seperti orang tua hendaknya berperan besar dengan mencurakan perhatiannya kepada sang buah hati yang tengah menginjak remaja. Orang tua seharusnya memberkan contoh yang baik supaya bisa diteladani remaja. Sayangnya berdasarkan riset di atas, peneliti menemukan kejanggalan di mana pihak orang tua justru menunjukkan sikap yang arrogan dan tidak pantas. Orang tua dalam hal ini perlu meluangkan waktunya untuk berdialog secara terbuka dengan remajanya. Remaja bisa mengembangkan potensi positifnya dengan aktif pada kegiatan-kegiatan positif yang bisa mewadahi minat dan kreativitasnya.


DAFTAR PUSTAKA

Batubara, Jose R.L., “Adolescent Development-Perkembangan Remaja”, Jurnal     Sari Pediatri, Vol. 12, No. 1, Juni: 2010.
Hurlock, E. B., Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga Gunarsa, 1990.
Muzdalifah, “Perkembangan Sosial Remaja dalam Kemandirian (Studi Kasus        Hambatan Psikologis Dependensi Terhadap Orangtua”, dalam Jurnal Iqro,           Volume 4, Juli - Desember 2007.
Oswalt, Angela, “An Introduction to Adolescence Development”,    https://www.mentalhelp.net/articles/an-introduction-to-adolescent       development/, diakses pada Minggu, 10 April 2017 pukul 0.30 WIB.
Santrock, John W.,  Adolescence: perkembangan remaja, (Terj. Shinto B.  Adeler), Yogyakarta: Erlangga, 2003.
Sarwono, S., Psikologi Remaja, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.



[1] Angela Oswalt, “An Introduction to Adolescence Development”, https://www.mentalhelp.net/articles/an-introduction-to-adolescent-development/, diakses pada Minggu, 10 April 2017 pukul 0.30 WIB.
[2] John W. Santrock,  Adolescence: perkembangan remaja, (Terj. Shinto B. Adeler), (Yogyakarta: Erlangga, 2003), hal. 7-8.
[3] E. B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga Gunarsa, 1990), hal. 206.
[4] John W. Santrock,  Adolescence..., hal. 26.
[5] S. Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hal.
[6] John W. Santrock, Adolescence ...,hal. 84 – 87.
[7] Muzdalifah, “Perkembangan Sosial Remaja dalam Kemandirian (Studi Kasus Hambatan Psikologis Dependensi Terhadap Orangtua”, dalam Jurnal Iqro, Volume 4, (Juli - Desember 2007), hal. 47-50.
[8] Jose R.L. Batubara, “Adolescent Development-Perkembangan Remaja”, Jurnal Sari Pediatri, Vol. 12, No. 1, (Juni: 2010), hal. 26.
[9] Ibid., hal. 27.

0 comments:

Post a Comment

 

lautan inspirasi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang