TEKNIK
DAN INSTRUMEN ASSESMEN RANAH KETERAMPILAN/PSIKOMOTOR
(Edisi Revisi)
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Assesmen Proses dan Hasil Pembelajaran (Ujian
Akhir Semester)
Dosen
Pengampu: Dr. Sukiman, M. Pd.
Oleh:
UMMU
MAWADDAH
1620410004
MUCHAMMAD IMAM ROSYADI
1620410023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (S2)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PASCASARJANA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2018
TEKNIK
DAN INSTRUMEN ASSESMEN RANAH KETERAMPILAN/PSIKOMOTOR
Writed
by: Ummu Mawaddah dan Muchammad Imam Rosyadi
Abstract
Learning activity has certain goals want to be achieved. To measure the learning achievement and
evaluate the assessment. Nowadays, many teachers evaluate
students solely based on the cognitive and affective aspect. Indeed,the
psychomotor ability is also a significant indicator of students development.
Psychomotor has much to do with the skill or activities after students received
or experienced learning. Likewise cognitive aspects, psychomotor aspects also
consist of several levels.
further, the development of psychomotor categorized into two classification, namely; abstract
and concrete skills. Abstract skill consists of five abilities; there are; observing, asking, trying, reasoning and communicating. Indeed, concrete skills according to Simpson's consists of seven
levels; perception, readiness, imitating, accustomed the movement, adept, be natural
movement, and be original action. Psychomotor assessment consist of questions
or instructions and scoring guidelines to assess the performance of the students in carrying out the command. However, psychomotor assessment technique may be conducted through working paper,
anecdotal record, projects, products, portfolios, self and peer assesesment.
While the instrument can be check list and rating scale.
Keywords:
technique, instrument, and skill/psychomotor
Abstrak
Setiap kegiatan pembelajaran memiliki tujuan-tujuan yang ingin
dicapai. Untuk mengukur ketercapaian hasil pembelajaran yang telah
dilaksanakan, perlu diadakan evaluasi atau penilaian. Selama ini, masih banyak
pendidik yang menilai kemampuan peserta didik dari segi kognitif dan afektifnya
saja, padahal lebih dari itu, kemampuan psikomotor memiliki posisi yang tidak
kalah penting sebagai salah satu indikator perkembangan peserta didik. Ranah
psikomotor sendiri merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)
atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Seperti halnya
kognitif, ranah ini juga terdiri dari beberapa jenjang atau tingkatan.
Pada perkembangannya, ranah psikomotor
dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu keterampilan abstrak dan konkrit. Keterampilan
abstrak terdiri dari lima kemampuan belajar yang meliputi mengamati, menanya,
mencoba, menalar, dan mengomunikasikan. Sementara keterampilan konkrit menurut
analisis Simpson terdiri dari tujuh tingkatan yang meliputi persepsi, kesiapan,
meniru, membiasakan gerakan, mahir, menjadi gerakan alami, dan menjadi tindakan
orisinal. Instrumen penilaian psikomotor terdiri atas soal atau
perintah dan pedoman penskoran untuk menilai unjuk kerja peserta didik dalam
melakukan perintah/soal tersebut. Adapaun teknik penilaian psikomotor dapat
dilakukan menggunakan tes unjuk kerja, AR, proyek, produk, portofolio, penilaian
diri dan penilaian antar teman. Sementara instrumennya dapat berupa daftar cek,
skala penilaian.
Kata kunci:
teknik, instrumen, dan keterampilan/psikomotor
Pendahuluan
Penilaian memegang
peranan yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian,
seorang pendidik dapat mengetahui perkembangan peserta didiknya. Penilaian yang
dilakukan oleh pendidik dapat menginformasikan proses dan hasil belajar yang
dicapai oleh peserta didik sehingga hasilnya digunakan sebagai dasar atau acuan
dalam menentukan langkah selanjutnya.
Penilaian hendaknya
dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditentukan. Kurikulum
2013 dengan pendekatan saintifik menekankan adanya penilaian autentik, yaitu
penilaian yang dilaksanakan secara objektif, berkelanjutan dan menyeluruh.
Konsekuensinya, pendidik harus dapat memahami seluruh aspek penilaian yang
meliputi kognitif, afektif, dan juga psikomotorik. Faktanya, selama ini masih
banyak pendidik yang hanya menilai peserta didiknya dari aspek kognitif atau
afektif saja, sehingga aspek psikomotor dikesampingkan. Padahal hasil belajar
ranah psikomotor sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif
dan afektif.
Hasil
belajar ranah psikomotor berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak
setelah peserta didik menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah ini dibagi
menjadi dua kategori, yaitu keterampilan abstrak dan keterampilan konkrit. Tidak jauh berbeda dengan penilaian ranah kognitif,
penilaian ranah psikomotor juga dimulai dengan pengukuran hasil belajar peserta
didik. Perbedannya di antara keduanya terletak pada teknik dan instrumen yang
digunakan. Meskipun demikian, penilaian pada dasarnya adalah untuk mengukur
ketercapaian kompetensi yang telah ditentukan sehingga hasilnya dapat digunakan
sebagai acuan dalam melakukan perbaikan-perbaikan. Beberapa hal yang akan
dibahas dalam artikel ini adalah mengenai definisi penilaian ranah keterampilan/psikomotor,
langkah-langkah penyusunan intrumen ranah psikomotor, serta teknik dan instrumen yang dapat digunakan dalam
penilaian ranah psikomotor.
Definisi Penilaian Ranah
Keterampilan/Psikomotor
Penilaian adalah penerapan berbagai
cara dan mengguanakan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang
seberapa jauh hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi.[1] Pada dasarnya penilaian hasil belajar
mempermasalahkan cara pengajar mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
Pengajar harus mengetahui sejauh mana anak didik mengerti bahan yang telah
diajarkan atau sejauh mana tujuan atau kompetensi pembelajaran dapat dicapai.
Menurut
Basrowi
dan Siskandar dalam Sitiatava
Rizema Putra, penilaian dapat
dilakukan dengan tiga teknik, yakni lisan, tertulis, dan perbuatan. Teknik yang
digunakan tergantung berbagai faktor seperti waktu, dana, peralatan yang
diperlukan, dan sifat dari materi yang akan dinilai.[2] Klasifikasi
lain mengatakan bahwa penilaian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu tes dan
non tes. Teknik-teknik tersebut juga harus disesuaikan dengan ranah yang akan
dinilai, karena tidak semua ranah dapat diukur dengan teknik yang sama.
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)
atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson dalam Anas
Sujiono yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak
dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu.[3]
Kompetensi ranah psikomotorik meliputi kompetensi yang dapat diraih dengan
aktivitas pembelajaran bukan tes, melainkan sebuah aktivitas yang memerlukan
gerak tubuh atau perbuatan, kinerja (performance), imajinasi,
kreativitas, dan karya-karya intelektual.[4]
Ranah ini cocok dinilai pada pertemuan yang bersifat langsung (tatap muka).[5]
Pada perkembangannya, ranah ini mengalami revisi akibat keterbatasan definisi
serta kesulitan dalam penilaiannya.
Dalam Peraturan Pemerintah Pendidikan
Nasional Tahun 2014, ranah Keterampilan dibagi menjadi dua, yaitu keterampilan
abstrak dan keterampilan konkrit. Keterampilan
abstrak berdasarkan analisis Dyers meliputi proses mengamati, menanya, mencoba,
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Penjelasannya sebagai berikut.
1. Mengamati
yaitu perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu
tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati,
kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati.
2. Menanya
yaitu jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik
(pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik).
3. Mengumpulkan
informasi/mencoba yaitu jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan,
kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat
yang digunakan untuk mengumpulkan data.
4. Menalar/mengasosiasi
yaitu mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai
keterkaitan informasi dari dua fakta/konsep, interpretasi argumentasi dan
kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/konsep/teori, mensintesis
dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antarberbagai jenis
fakta/konsep/teori/pendapat; mengembangkan interpretasi, struktur baru,
argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/konsep/teori dari
dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; mengembangkan interpretasi,
struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari konsep/teori/pendapat yang
berbeda dari berbagai jenis sumber.
5. Mengomunikasikan
yaitu menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk
tulisan, grafis, media elektronik, multimedia dan lain-lain.[6]
Sedangkan kemampuan konkrit berdasarkan
analisis Simpson meliputi:
1.
Persepsi (perception) adalah menunjukan perhatian untuk melakukan suatu gerakan. Contoh:
Siswa memperhatikan guru melakukan contoh gerakan shalat.
2.
Kesiapan (set) adalah menunjukan kesiapan mental dan fisik untuk melakukan suatu
gerakan. Contoh: siswa membawa alat shalat untuk melakukan paktik shalat.
3.
Meniru (guided
response) adalah meniru gerakan
secara terbimbing. Contoh: siswa meniru gerakan shalat yang telah dipraktikkan
guru.
4.
Membiasakan
gerakan (mechanism) adalah melakukan
gerakan mekanistik. Contoh: siswa dalam mempraktikkan shalat sesuai urutannya.
5.
Mahir (complex
or overt response) adalah melakukan
gerakan kompleks dan termodifikasi. Contoh: siswa
mampu melakukan gerakan shalat
6.
Menjadi gerakan
alami (adaptation) adalah menjadi
gerakan alami yang diciptakan sendiri atas dasar gerakan yang sudah dikuasai
sebelumnya. Contoh: siswa melakukan gerakan shalat atas dasar
pengetahuan yang telah dimiliki.
7.
Menjadi tindakan
orisinal (origination) adalah Menjadi gerakan baru yang orisinal dan sukar ditiru oleh
orang lain dan menjadi ciri khasnya. Contoh: siswa
melakukan gerakan shalat dengan sempurna.[7]
Meskipun ranah psikomotor
meliputi tujuh jenjang kemampuan, namun masih
dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok utama, yakni keterampilan
motorik, manipulasi benda-benda, dan koordinasi neuromuscular. Maka, kata kerja
operasional yang dapat dipakai adalah:
1.
Keterampilan motorik
(mucular or motor skills): memperhatikan gerak,
menunjukkan hasil (pekerjaan tangan), menggerakkan, menampilkan, melompat, dan
sebagainya.
2.
Manipulasi
benda-benda (manipulation of materials objects):
menyusun, membentuk, memindahkan, menggeser, mereparasi, dan sebagainya.
3.
Koordinasi
neuromuscular: menghubungkan, mengamati, memotong, dan sebagainya.[8]
Menurut Leighbody dalam
Ismet Basuki, aspek-aspek dalam penilaian psikomotor meliputi: 1) kemampuan
menggunakan alat dan sikap kerja, 2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan
urut-urutan pengerjaan, 3) kecepatan mengerjakan tugas, dan 4) keserasian
kriteria dengan ketentuan.[9]
Langkah-Langkah
Penyusunan Teknik dan Instrumen Assesmen pada Ranah Psikomotor
Instrumen penilaian psikomotor
terdiri atas soal atau perintah dan pedoman penskoran untuk menilai unjuk kerja
peserta didik dalam melakukan perintah/soal tersebut.
1. Penyusunan soal
Langkah
pertama yang harus dilakukan oleh penulis soal ranah psikomotor adalah membuat
kisi-kisi, selanjutnya mencermati kisi-kisi instrumen yang telah dibuat.
Setelah itu, membuat soal dengan mengacu pada kisi-kisi tersebut.
2. Pedoman penskoran
Pedoman penskoran dapat berupa daftar periksa
observasi atau skala penilaian yang harus mengacu pada soal. Soal/lembar
tugas/perintah kerja ini selanjutnya dijabarkan menjadi aspek-aspek
keterampilan yang diamati.[10]
Adapun cara menuliskan daftar periksa observasi atau
skala penilaiannya sebagai berikut.
(a) Mencermati soal, (b) Mengidentifikasi aspek-aspek
keterampilan kunci, (c) Mengidentifikasi aspek-aspek keterampilan dari setiap
aspek keterampilan kunci, (d) Menentukan jenis instrumen untuk mengamati
kemampuan peserta didik, apakah daftar periksa observasi atau skala penilaian, (e)
Menuliskan aspek-aspek keterampilan dalam bentuk pertanyaan/pernyataan ke dalam
tabel, (f) Membaca kembali skala penilaian atau daftar periksa observasi untuk
meyakinkan bahwa instrumen yang ditulisnya sudah tepat, (g) Meminta orang lain
untuk membaca atau menelaah instrumen yang telah ditulis untuk meyakinkan bahwa
instrumen itu mudah dipahami oleh orang lain. Langkah (f) adalah upaya penulis
agar instrumen memiliki validitas isi tinggi, sedangkan langkah (g) adalah
upaya penulis agar instrumen memiliki reliabilitas tinggi.[11]
Teknik
dan Instrumen Penilaian Ranah Psikomotorik
Penilaian hasil belajar psikomotor
ini berbeda dengan penilaian pada hasil belajar kognitif dan afektif. Penilaian
hasil belajar kognitif dan afektif perlu diarahkan pada capaian setiap
tingkatan, sedang pada hasil psikomotor cukup pada tingkatan tertinggi yang
dianggap memenuhi.[12]
Pelaksanaan penilaian hasil belajar psikomotor dapat dilakukan dengan teknik
tes maupun non tes. Penilaian dengan teknik tes meliputi tes perbuatan atau
unjuk kerja, sedangkan penilaian dengan teknik non tes meliputi proyek, produk,
anecdotal record, portofolio, penilaian diri dan penilaian antar teman. Penjelasannya
adalah sebagai berikut.
1. Tes
Perbuatan atau Unjuk Kerja (Performance Test)
Tes perbuatan atau unjuk
kerja adalah penilaian tindakan atau tes praktik yang secara efektif dapat
digunakan untuk kepentingan pengumpulan berbagai informasi tentang
bentuk-bentuk perilaku yang diharapkan muncul dalam diri peserta didik.
Penilaian unjuk kerja dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peserta didik
dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai
ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu.[13]
Contohnya adalah praktik menyampaikan khutbah/pidato keagamaan, praktik perawatan
jenazah, dan sebagainya.
Berikut adalah beberapa
contoh tes unjuk kerja yang dilakukan oleh guru PAI di SMAN 5 Yogyakarta.
a.
Pada pembelajaran
perawatan jenazah kelas XI, Bapak Arif membagi dan mengatur kelas menjadi
sebuah kampung yang tengah dilanda kesripahan. Setiap siswa mendapatkan
tugas sesuai peran yang diberikan, seperti Ketua RT, pembawa acara, Pak
Kaum/Modin, keluarga yang mendapatkan musibah, warga, dan sebagainya.[14]
b.
Pada materi
khutbah, Ibu Mardliyah memberi tugas siswa-siswanya untuk menyusun khutbah
serta menampilkannya di depan kelas secara bergantian.[15]
Di antara bentuk tes
unjuk kerja ini adalah tes identifikasi dan tes petik kerja. Penjelasananya
adalah sebagai berikut.
a. Tes
identifikasi (recognition test), yaitu tes perbuatan yang lebih
ditujukan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi sesuatu
hal. Misalnya dalam pembelajaran al-Quran Hadis, peserta didik diminta menyimak
temannya yang sedang menghapal sebuah ayat atau hadis kemudian diminta untuk
mencermati ada atau tidak kesalahan dalam hafalan tersebut.
b. Tes
petik kerja (work sample test), yaitu tes perbuatan dengan cara meminta
peserta didik menampilkan perilaku tertentu kemudian dinilai seberapa baik
penampilan tersebut. Misalnya, peserta didik diminta membaca ayat-ayat al-Quran
kemudian bacaan tersebut dievaluasi.[16]
Selain itu, bentuk tes
unjuk kerja juga dapat berupa paper and pencil performance dan simulated
performance. Paper and pencil performance test merupakan tes unjuk kerja
yang menggunakan kertas dan pensil dalam kontruksi tes kemudian melakukan
berdasarkan petunjuk tersebut. Misalnya, “Susunlah potongan QS. Luqman ayat
11-14!” Sementara simulated performance merupakan tes yang dilakukan dengan
menghadirkan miniatur kondisi lingkungan yang hendak diujikan.[17]
Contoh: menguji kemampuan manasik haji dengan miniatur Ka’bah dan sekitarnya.
Alat atau instrumen yang
dapat digunakan untuk mengamati tes unjuk kerja yaitu daftar cek dan skala
penilaian.
a. Daftar
Cek (Check List)
Daftar cek pada dasarnya
merupakan daftar tingkah laku sebagai sasaran pengamatan untuk mengecek ada
atau tidaknya perilaku peserta didik yang muncul selama pengamatan. Hasil
penilaian dinyatakan dengan pemberian tanda cek (√) pada daftar perilaku yang
tersedia.[18]
Daftar cek memiliki kelebihan sebagai berikut:
1)
Alat ini memberikan kesempatan kepada guru sebagai
evaluator untuk memilih secara bijaksana atas penggunanya.
2)
Daftar cek dapat digunakan dan dikembangkan sebagai bagian dari
kegiatan pembelajaran.
3)
Mudah dan tidak memerlukan banyak waktu dalam
mengkonstruksi.
4)
Sangat fleksibel penggunaannya, dapat digunakan dalam
situasi yang bervariasi.
Di samping kelebihan yang sudah diuraikan di atas, daftar cek juga memiliki beberapa kelemahan yang perlu
diperhatikan, yaitu:
1)
Daftar cek tidak langsung memberikan skor atau nilai.
2)
Hanya memberi informasi evaluasi yang dangkal.
Reliabilitasnya masih dipertanyakan, ketepatan daftar cek pada umumnya tergantung pada tingkat intensif
karakteristik tersebut direncanakan dalam mengevaluasi kualitas diri siswa.
3)
Hanya tepat untuk mengevaluasi mutu pribadi, proses,
dan produk, ketika guru menginginkan siswa yang terlibat langsung dalam
evaluasi diri.
b. Skala
Penilaian (Rating Scale)
Skala penilaian digunakan
oleh pendidik untuk mengukur penampilan atau perilaku peserta didik melalui
pernyataan perilaku individu pada suatu titik kontinum atau suatu kategori yang
bermakna nilai. Titik atau kategori diberi nilai rentangan mulai dari yang
tertinggi sampai yang terendah. Rentangan ini bisa dalam bentuk huruf (A, B, C,
D), angka (4, 3, 2, 1) atau 10, 9, 8, 7, 6, 5. Sedangkan rentangan kategori
bisa berupa tinggi, sedang, rendah; atau baik, sedang, kurang.[21]
Selain itu, penilai juga bisa membuat rentangan yang lebih rinci misalnya baik
sekali, baik, sedang, kurang, dan kurang sekali. Untuk memperkecil faktor
subjketivitas, perlu dilakukan penilaian oleh lebih dari satu orang supaya
memperoleh hasil yang lebih akurat.
Beberapa kelebihan dalam
penggunaan skala penilaian, antara lain:
1) Skala
penilaian paling baik digunakan bagi penilaian secara cepat dan menyeluruh dari
suatu produk atau kinerja.
2) Dapat
mencatat frekuensi atau derajat sejauh mana siswa menunjukkan karakteristik
tertentu.
3) Menggambarkan
kinerja secara kontinu.[22]
kelemahan atau kesalahan
dalam penggunaan skala penilaian meliputi personal bias, halo effect,
dan logical eror.
1) Personal bias, kesalahan yang
dilakukan misalnya selalu mereting tinggi atau baik, ada juga yang sering
mereting tengah-tengah.
2) Halo effect, kesalahan yang terjadi
apabila rater memiliki kesan umum tentang siswa sehingga dapat mempengaruhi
nilai khusus.
3) A logical eror, hasil evaluasi ini
terjadi karena rater telah mengetahui sebelumnya tentang siswa, seperti anak
yang pandai akan diberi rating tinggi, dan sebaliknya.[23]
2. Catatan
Hasil Pengamatan (Anecdotal Record)
Anecdotal Record
adalah deskripsi faktual mengenai peristiwa yang diamati guru tentang perilaku
siswa. Peristiwa yang diamati tersebut harus dicatat segera oleh pendidik
setelah terjadi. Adanya catatan peristiwa yang dibuat setiap hari akan
memberikan banyak informasi tentang hasil belajar dan perkembangan peserta
didik.[24]
Teknik ini memiliki
kelebihan dan juga kekurangan. Adapun kelebihan Anecdotal Record (AR)
yaitu:
1) AR
dapat menggambarkan perilaku orang dalam situasi alami.
2) AR
dapat mengumpulkan informasi perilaku atau kejadian-kejadian pada waktu khusus
tetapi penting.
3) AR
membuat pendidik menjadi ahli dan teliti dalam mengamati setiap peserta
didiknya.
4) AR
juga dapat dipakai untuk mengevaluasi anak kecil (balita), anak-anak cacat yang
sulit berkomunikasi.[25]
Adapun kelemahan AR di antara lain:
1) AR
memakan waktu yang relatif lama apabila dilakukan pada setiap anak.
2) Faktor-faktor
bias, harapan, dan pengetahuan sebelumnya tentang peserta didik dapat masuk
dalam laporan observasi, bahkan faktor pilih kasih, favorit dapat mempengaruhi
observasi.[26]
3. Produk
Penilaian produk adalah
penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk atau hasil karya
tertentu.[27]
Beberapa contoh produk atau hasil karya misalnya adalah buku harian, makalah
atau karangan, laporan pengerjaan tugas, karya seni atau kerajinan dan
sebagainya. Menurut Chatterji dalam Supratiknya, ciri-ciri penilaian produk
dipaparkan sebagai berikut.
a. Bersifat
open-ended atau terbuka. Peserta didik dalam hal ini diberikan kebebasan
mencipta produk dengan diberi kriteria sebagai pedoman pembuatan produk
tersebut.
b. Disertai
pemberian waktu yang longgar untuk mengerjakan produk ini. Seringkali berupa takehome
exercises.
c. Produk
yang berhasil diciptakan dipandang sebagai evidensi terhadap kepemilikan
peserta didik atas jenis kemampuan tertentu yang lazimnya kompleks, sebagai
hasil belajar.[28]
Pengembangan produk
meliputi tiga tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian, yaitu:
a. Tahap
persiapan, meliputi kemampuan peserta didik dalam merencanakan, menggali,
mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
b. Tahap
pembuatan produk (proses), meliputi penilaian kemampuan peserta didik dalam
menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
c. Tahap
penilaian produk (appraisal), meliputi penilaian produk yang dihasilkan sesuai
kriteria yang ditetapkan.[29]
Adapun teknik penilaian
produk dilakukan secara analitik maupun holistik. Cara analitik adalah proses
penilaian berdasarkan aspek produk, biasanya dilakukan dalam setiap tahap-tahap
proses pengembangan. Sedangkan cara holistik adalah penilaian yang dilakukan
berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap
appraisal.[30]
4. Proyek
Penilaian proyek
merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam
proses/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan
mengaplikasi, kemampuan menyelidiki dan kemampuan menginformasikan suatu hal
secara jelas. Adapun instrumen yang digunakan dalam penilaian proyek ini dapat
berupa daftar cek atau skala penilaian.[31]
Dalam penilaian proyek
setidaknya ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.
a. Kemampuan
pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih
topik dan mencari informasi serta dalam mengelola waktu pengumpulan data dan
penulisan laporan.
b. Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dalam
hal ini mempertimbangkan tahap pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman dalam
pelajaran.
c. Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus
merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru pada proyek
peserta didik, dalam hal ini petunjuk atau dukungan.[32]
5. Portofolio
Menurut Popham dalam
Djemari, portofolio adalah koleksi yang sistematis dari karya peserta didik. Koleksi
ini akan membantu peserta didik sendiri dan guru dalam menilai pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik. Portofolio merupakan demonstrasi visual yang
bermacam-macam, mendalam, dan berkembang dari prestasi siswa, kemampuan,
kekuatan, kelemahan, dan keterampilan sepanjang waktu dan meliputi berbagai
macam konteks.[33]
Penilaian portofolio pada dasarnya adalah menilai karya-karya individu untuk
suatu mata pelajaran tertentu. Jadi, semua tugas yang dikerjakan peserta didik
dikumpulkan dan di akhir unit program pembelajaran, misalnya satu semester
kemudian dilakukan diskusi antara peserta didik dan pendidik untuk menentukan
skornya.[34]
Teknik
Penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pendidik
menjelaskan maksud penggunaan portofolio kepada peserta didik.
b. Pendidik
dan peserta didik bersama-sama menentukan contoh portofolio apa saja yang akan
dibuat.
c. Menyimpan
karya peserta didik dalam sebuah folder.
d. Membuat
kesepakatan tentang kriteria penilaian contoh-contoh portofolio peserta didik
beserta pembobotannya.
e. Peserta
didik diminta menilai karyanya secara berkesinambungan.
f. Peserta
didik diberi kesempatan untuk memperbaiki hasil karya yang kurang memuaskan.
g. Bila
perlu, buatlah jadwal pertemuan untuk membahas portofolio.[35]
Penilaian portofolio memungkinkan adanya
hambatan sebagai berikut:
a. Peserta
didik akan kehilangan kreativitasnya.
b. Penilaian
hanya akan berorientasi pada pencapaian hasil akhir semata.
c. Penyediaan
format yang detail akan menjebak peserta didik pada suasana yang kaku.[36]
6. Penilaian
Diri
Penilaian diri adalah
suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri
berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang
dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat
digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor.
Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta
untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan
kriteria atau acuan yang telah disiapkan.[37]
Penilaian diri dilakukan
berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Oleh karena itu penilaian diri
oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut.
a.
Menentukan
kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
b.
Menentukan
kriteria penilaian yang akan digunakan.
c.
Merumuskan format
penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar cek, atau skala penilaian.
d.
Meminta peserta
didik untuk melakukan penilaian diri.
e.
Guru mengkaji
sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta didik supaya
senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif.
f.
Menyampaikan umpan
balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian terhadap sampel hasil penilaian
yang diambil secara acak.[38]
7.
Penilaian Antar
Teman
Penilaian antar teman
merupakan bentuk penilaian yang meminta peserta didik untuk saling menilai
sikap dan perilaku keseharian temannya. Penilaian antar teman berfungsi sebagai
alat konfirmasi terhadap penilaian yang telah dilakukan oleh pendidik.[39]
Instrumen yang digunakan adalah lembar penilaian antar teman.
Pada
dasarnya, penilaian ranah psikomotorik dalam Kurikulum 2013 tidak berbeda jauh
dengan kurikulum sebelumnya (KTSP). Teknik yang digunakan pun sama, di
antaranya tes unjuk kerja, proyek, produk, anecdotal record, dan
portofolio.
Penutup
Berdasarkan paparan di
atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar ranah psikomotor adalah
hasil belajar yang berkaitan
dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Ranah ini terdiri dari keterampilan abstrak dan
konkrit. Keterampilan abstrak terdiri dari 5 M yaitu mengamati, menanya,
mencoba, menalar, dan mengomunikasikan. Adapun keterampilan abstrak berdasarkan
analisis Simpson terdiri dari persepsi,
kesiapan, meniru, membiasakan gerakan, mahir, menjadi gerakan alami, dan
menjadi tindakan orisinal. Teknik yang dominan digunakan dalam ranah ini adalah
tes unjuk kerja, sedangkan instrumennya terdiri dari daftar cek dan skala
penilaian. Penilaian ini juga didukung dengan teknik lain seperti tes produk,
proyek, portofolio, AR, penilaian diri dan penilaian antar teman.
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Ismet dan
Haryanto, Asesmen Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014.
Chatib, Munif, Sekolahnya
Manusia; Sekolah Berbasis Multiple Intelligences, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2014.
Direktorat
Pembinana SD, Panduan Penilaian untuk Sekolah Dasar, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2016.
Daryanto,
Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka, 2012.
Jihad,
Asep dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multipressindo, 2009.
Kasilingam,
Gowrishankar, dkk., “Assessment of Learning Domains to Improve Student’s Learning in Higher Education”, Journal
of Young Pharmacists, Vol. VI, No. 4,
Januari-Maret: 2014.
Salinan
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RepublikIndonesia Nomor 104 tahun 2014, tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah.
Mardapi,
Djemari, Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes, Yogyakarta: Mitra Cendikia Press, 2008.
Mulyadi,
Evaluasi Pendidikan: Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan Agama di Sekolah, Malang: UIN
Maliki Press, 2010.
Pengembangan
Perangkat Penilaian Psikomotor
Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 tahun 2014, tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah
Putra, Sitiatava Rizema,
Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja, Yogyakarta: Diva Press, 2013.
Sudaryono,
Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia, 2014.
Simpson,
Elizabeth J., “The Classification of Educational Objectives in the Psychomotor Domain”, ERIC, Urbana:
University of Lilinois, Juli: 1966.
Sudijono, Anas, Pengantar
Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada,
2013.
Sudjana,
Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.
Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan
Operasionalnya, Jakarta: Bumi Aksara,
2008.
Sukiman,
Bahan Ajar Pengembangan Sistem Evaluasi, Yogyakarta: FTK UIN Sunan Kalijaga, 2008.
_______,
Pengembangan Sistem Evaluasi, Yogyakarta: Insan Madani, 2012.
Supratiknya,
A., Penilaian Hasil Belajar dengan Teknik Nontes, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2012.
Tayibnapis,
Farida Yusuf, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Uno,
Hamzah B., Assesmen Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Yusuf,
Muri, Asesmen dan Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Prenamedia Group, 2015.
Lampiran
1.
Skala
Penilaian (Rating Scale)
Contoh langkah langkah menyusun skala penilaian untuk mengukur
ketrampilan pserta didik membaca al-Qur’an adalah :
a. Langkah
pertama kita mengidentifikasikan indikator kemampuan membaca Al-Qur’an yang
akan kita ukur.
b. langkah kedua, misalnya menetukan skala yang digunakan, misalnya dengan menggunakan skala 5
dengan rentanagan: 5=sangat baik, 4=baik, 3=cukup, 2=kurang, dan 1=sangat
kurang.
c. menyusun indikator-indikator
tersebut dan menuangkannya dalam sebuah matriks sebagai berikut :
No
|
Nama
|
Aspek yang dinilai
|
Total Score
|
||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
|||
1
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
|
|
|
|
|
|
|
Dst
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan :
A. Kemampuan
melafalkan bacaan hukum nun mati atau tanwin
B. Kemampuan
melafalkan bacaan hukum mim mati
C. Kemampuan
melafalkan suatu bacaan sesuai dengan makharijul huruf
D. Kemampuan
melafalkan bacaan mad
E. Kemampuan
melafalkan bacaan qalqalah
2.
Daftar
Cek (Check List)
Berikut ini akan diberikan contoh daftar ceck untuk
menilai kemampuan peerta didik dalam membaca al- Quran dengan indikator sama
dengan skala penilaian
No
|
Aspek yang dinilai
|
Penilaian
|
||
Ya
|
Tidak
|
|||
1
|
Mampu melafalkan bacaan izhar dengan baik
|
|
|
|
2
|
Mampu melafalkan bacaan idhgam biggnah dengan baik
|
|
|
|
3
|
mampu melafalkan bacaan idhgam bilagunah dengan baik
|
|
|
|
4
|
Mampu melafalkan bacaan ikhfa' dengan baik
|
|
|
|
5
|
Mampu melafalkan bacaan iqlab dengan baik
|
|
|
|
6
|
Mampu melafalkan bacaan mad dengan baik
|
|
|
|
7
|
Mampu melafalkan suatu bacaan sesuai dengan makharijul huruf
|
|
|
|
8
|
Mampu melafalkan bacaan qalqalah dengan baik
|
|
|
|
3.
Anecdotal Record
Berikut ini akan disajikan contoh anectodal record
CATATAN
ANEKDOT
Nama : Alex Hamzah
Tempat : Tempat wudhu
Pencatat : Faqihudin/Guru
Kelas : X E
Tanggal : 1 November 2017
Deskripsi:
Pada saat berwudhu untuk menunaikan
ibadah sholat zuhur, terlihat si Amir tidak urut melakukan tata cara
berwudhu. Misalnya, setelah membasuh telapak tangan, ia langsung membasuh kedua
tangannya dan itu pun tidak sampai siku-siku.
Setelah itu,
ia membasuh muka, telinga, dan akhirnya kaki. Ia tidak berkumur, membasuh
hidung dan rambut.
Interpretasi:
Amir belum mampu melakukan tata cara
wudu dengan benar.
|
4. Proyek
CONTOH SOAL PENUGASAN (PROJECTS)
Mata
Pelajaran : Pendidikan Agama
Islam
Kelas : XII SMA
Kompetensi ujian : Memahami
Hukum Islam tentang Hukum Keluarga
Kompetensi
Dasar : Hukum Perceraian
Indikator : Siswa dapat mengetahui
tentang hukum perceraian
Contoh
soal : Carilah informasi tentang problema perceraian (penyebab perceraian) di Indonesia dan
cantumkanlah bukti-bukti yang sudah
didapat buatlah informasi-informasi tersebut dalam satu karya tulis sebagai bahan laporan!
Pedoman Penskoran
No
|
Aspek yang dinilai
|
Skor
|
1
|
Kebenaran informasi
Tepat = 2 Tidak = 1
|
0-2
|
2
|
Kesesuaian informasi dengan materi
Sesuai = 3 Cukup = 2 Kurang =
1
|
0-3
|
3
|
Sistematiak penyusunan karya tulis
-
terdiri dari
pengantar/pendahuluan, isi, dan kesimpulan
|
0-3
|
4
|
Bahasa
Sangat komunikatif = 3, Cukup komunikatif
= 2,
Kurang Komunikatif = 1
|
0-3
|
Skor
maksimum 0-11
Keterangan
Nilai Akhir = skor perolehan : skor maksimum x 100
http://irmalismawati.blogspot.co.id/2014/12/evaluasi-pembelajaran-penilaian-proyek.html
5. Produk
Mata Pelajaran : PAI
Nama Produk : Sate
Cinta Halal
Alokasi Waktu : 1 Minggu
Aspek : Pemahaman Materi dan
Aplikasinya
Nama siswa/kelompok : Fathul Wahab/Halal Berkah
No
|
Aspek
|
Skor (1-4)
|
1
|
Perencanaan dan pemilihan bahan
|
|
2
|
Proses pembuatan
- Persiapan alat dan bahan
- Teknik pembuatan dan penyajian
|
|
3
|
Hasil produk
- Bentuk fisik
- Inovasi
- Rasa
|
|
Total Skor
|
Contoh soal:
Buatlah satu porsi sate yang lezat
dan halal
Rubrik Penskoran
Level
|
Deskripsi
|
4 (superior)
|
- Membuat perencanaan alat dan bahan
yang baik dan halal
- Menggunakan alat dan bahan yang
baik dan halal
- Membuat uraian langkah-langkah
pembuatan
- Hasil yang diperoleh sangat bagus,
halal dan lezat
- Terdapat unsur inovasi
|
3 (memuaskan)
|
- Membuat perencanaan alat dan bahan
yang baik dan halal
- Menggunakan alat dan bahan yang
baik dan halal
- Membuat uraian langkah-langkah
pembuatan
- Hasil yang diperoleh sangat bagus,
halal dan lezat
- Tidak terdapat unsur inovasi
|
2 (cukup memuaskan)
|
- Membuat perencanaan alat dan bahan
yang baik dan halal
- Menggunakan alat dan bahan yang
baik dan halal
- Membuat uraian langkah-langkah
pembuatan
- Hasil yang diperoleh biasa
- Tidak terdapat unsur inovasi
|
1 (cukup)
|
- Membuat perencanaan alat dan bahan
yang baik dan halal
- Menggunakan alat dan bahan yang
baik dan halal
- Tidak membuat uraian
langkah-langkah pembuatan
- Hasil yang diperoleh biasa
- Tidak terdapat unsur inovasi
|
6. Portofolio
Lembar Penilaian
Protofolio
MTs Umar bin Khatab
Nama siswa (pemilik
Portofolio) : .......................................................
Tanggal/Bulan/Tahun : .......................................................
Mata
Pelajaran : PAI
Standar
Kompetensi : 8.
Memahami Sejarah Nabi Muhammad SAW.
Kompetensi
Dasar : 8.1
Menjelaskan sejarah Nabi Muhammad SAW
8.2 Menjelaskan Misi Nabi Muhammad untuk
semua manusi dan bangsa
Pertanyaan:
1. Buatlah karya tulis yang berisi sejarah Perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam
mendakwahkan Islam di Makkah!
2. Buatlah karya tulis yang berisi sejarah Perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam
membangun masyarakat muslim di Madinah!
Penilaian Portofolio Hasil Belajar
|
|||
Portofolio Akhir Pokok
Bahasan Memahami Sejarah Nabi Muhammad SAW
|
Bobot
|
Skor
1-10
|
Nilai
|
Kata Pengantar
|
2
|
||
Pendahuluan
|
2
|
||
Catatan Hasil Belajar Siswa
|
5
|
||
Tugas Rangkuman Materi
|
3
|
||
Hasil kuis dan revisi
|
5
|
||
Hasil Ulangan Harian
|
5
|
||
Relfeksi Diri
|
2
|
||
Susunan (Kerapian dan Kelangkapan)
|
1
|
||
Total
|
25
|
[1] Sitiatava
Rizema Putra, Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja, (Yogyakarta:
Diva Press, 2013), Cet. I, hal. 22.
[3] Anas Sudijono, Pengantar
Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2013), hal. 57.
[4]
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia; Sekolah Berbasis Multiple Intelligences,
(Bandung: PT Mizan Pustaka, 2014), hal. 168.
[5] Gowrishankar Kasilingam, dkk., “Assessment
of Learning Domains to Improve Student’s Learning in Higher Education”, Journal
of Young Pharmacists, Vol. VI, No. 4, (Januari-Maret: 2014), hal. 30.
[6]
Dyers dalam Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 104 tahun 2014, tentang Penilaian Hasil Belajar
oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, hal. 9.
[7] Simpson, Elizabeth J., “The
Classification of Educational Objectives in thePsychomotor Domain”, ERIC,
Urbana: University of Lilinois, (Juli: 1966), hal. 25-32.
[8] Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:
Rineka, 2012), hal. 123-124.
[9] Ismet Basuki dan Haryanto, Asesmen
Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hal. 217-218.
[10] Ismet Basuki dan Haryanto, Asesmen
Pembelajaran..., hal. 218-219.
[11] Anonymous, Pengembangan
Perangkat Penilaian Psikomotor, hal. 7-8.
[12] Sukiman, Pengembangan Sistem
Evaluasi, (Yogyakarta: Insan Madani, 2012), hal. 149.
[13] Mulyadi, Evaluasi Pendidikan:
Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan Agama di Sekolah, (Malang: UIN
Maliki Press, 2010), hal. 91.
[14] Wawancara dengan Bapak Arif RH,
guru SMAN 5 Yogyakarta, pada 2 Desember 2017 pukul 13.00 WIB.
[15] Wawancara dengan Matahari, siswa
kelas XI SMAN 5 Yogyakarta, pada 2 Desember 2017 pukul 10.00 WIB.
[16] Sukiman, Bahan Ajar
Pengembangan Sistem Evaluasi, (Yogyakarta: FTK UIN Sunan Kalijaga, 2008),
hal. 133.
[17] Muri Yusuf, Asesmen dan
Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Prenamedia Group, 2015), hal. 299-301.
[18] A. Supratiknya, Penilaian Hasil
Belajar dengan Teknik Nontes, (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma,
2012), hal. 43-44.
[19] Sukardi, Evaluasi
Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 173-174.
[21] Nana Sudjana, Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 77.
[22] Ismet Basuki dan Haryanto, Asesmen
Pembelajaran..., hal. 87.
[23] Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi
Program dan Instrumen Evaluasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal.
200-201.
[24] Ibid., hal. 194.
[25] Ibid., hal. 195-196.
[26] Ibid., hal. 196.
[27] Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi
Pembelajaran, (Yogyakarta: Multipressindo, 2009), hal. 111.
[28] A. Supratiknya, Penilaian Hasil
Belajar..., hal. 50-51.
[29] Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi
Pembelajaran..., hal. 111.
[30] Ibid.
[31] Ibid., hal. 109.
[32] Hamzah B. Uno, Assesmen
Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 25.
[33] Ismet Basuki dan Haryanto, Asesmen
Pembelajaran..., hal. 74.
[34] Djemari Mardapi, Teknik
Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes, (Yogyakarta: Mitra Cendikia Press,
2008), hal. 84.
[35] Mulyadi, Evaluasi
Pendidikan..., hal. 105-106.
[36] Ibid., hal. 108-109.
[37] Sudaryono, Pengantar Evaluasi
Pendidikan, (Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia, 2014), hal. 68-69.
[38] Ibid., hal. 68-69.
[39] Direktorat Pembinana SD, Panduan
Penilaian untuk Sekolah Dasar, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016 ), hal. 27.