KONSEP PENDIDIK DALAM HADIS
1.
Murabbi
Istilah murabbi merupakan bentuk (sighat) isim fa’il dari rabba-yarubbu-tarbiyat-murabbbi
yang artinya orang yang mendidik, atau si pendidik. Jadi, istilah rabba
sebagai asal kata pendidikan secara bahasa dipahami sebagai menumbuhkan dan
mengembangkan.[1]
Kata tarbiyah tidak terbatas pengertiannya yakni pendidik sebagai
sekadar mengalihkan dan mewariskan ilmu, budaya, tradisi, nilai kepada peserta
didik tetapi juga transformatif yakni pendidik ikut bertanggung jawab mengubah
dan membentuk karakter peserta didiknya. Karena sebagai pendidik muslim, ia
harus melakukan apa yang ia katakan, sinkron antara kata dan perbuatan menjadi
teladan bagi peserta didiknya sehingga Allah mengangkat derajatnya dunia
akhirat.[2]
Hadis tentang murabbi:
أَخْبَرَنَا أَبُو عُمَرَ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ
الْحَسَنِ، فِيمَا قُرِئَ عَلَيْهِ، قَالَ: الْحَسَنُ بْنُ أَبِي الْجَهْمِ،
قَالَ: ثنا الْحَسَنُ بْنُ الْفَرَجِ، قَالَ: ثنا مُحَمَّدُ بْنُ عُمَرَ
الْوَاقِدِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ بْنُ حُبَابٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ
يَعْلَى، قَالَ: قَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ يَوْمًا وَهُوَ يَذْكُرُ
الأَنْصَارَ وَفَضْلَهُمْ وَسَابِقَتَهُمْ، ثُمَّ قَالَ: " إِنَّهُ لَيْسَ
بِمُؤْمِنٍ مَنْ لَمْ يُحِبَّ الأَنْصَارَ، وَيَعْرِفْ لَهُمْ حُقُوقَهُمْ، هُمْ
وَاللَّهِ رَبَّوُا الإِسْلامَ كَمَا يُرَبَّى الْفَلُوُّ فِي فِنَائِهِمْ
بِأَسْيَافِهِمْ وَطُولِ أَلْسِنَتِهِمْ وَسَخَاءِ أَنْفُسِهِمْ"
Artinya: “Sesungguhnya tidak disebut mukmin seseorang yang tidak mencintai
golongan Anshar serta mengetahui hak-hak mereka. Demi Allah mereka mendidik
Islam sebagaimana seorang mendidik di halaman mereka dengan pedang-pedang serta
memanjangkan lidah-lidah mereka serta merendahkan diri mereka“
Jalur sanad
Ali bin Abi Thalib → Yahya bin Ya’la → Ishaq bin Hubab → Muhammad bin Umar
al-Waqidi → Hasan bin al-Faraj → Hasan
bin Ali Jahim → Abu Umar Muhammad bin Hasan
Nilai hadis: Sahih li Ghairihi
2.
Mu’allim
Mu’allim
adalah orang yang mampu untuk merekonstruksi bangunan ilmu secara sistematis
dalam pemikiran peserta didik dalam bentuk ide, wawasan, kecakapan dan
sebagainya. [3]
Hadis tentang
mu’allim
حَدَّثَنَا
مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ
بْنُ عُمَيْرٍ سَمِعْتُ عَمْرَو بْنَ مَيْمُونٍ الْأَوْدِيَّ قَالَ كَانَ سَعْدٌ
يُعَلِّمُ بَنِيهِ هَؤُلَاءِ الْكَلِمَاتِ كَمَا يُعَلِّمُ الْمُعَلِّمُ
الْغِلْمَانَ الْكِتَابَةَ وَيَقُولُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كَانَ يَتَعَوَّذُ مِنْهُنَّ دُبُرَ الصَّلَاةِ اللَّهُمَّ إِنِّي
أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ
الْعُمُرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ
الْقَبْرِ فَحَدَّثْتُ بِهِ مُصْعَبًا فَصَدَّقَهُ
Artinya: “Telah bercerita kepada kami Musa bin Isma'il telah
bercerita kepada kami Abu 'Awanah telah bercerita kepada kami 'Abdul Malik bin
'Umair aku mendengar 'Amru bin Maimun Al Audiy berkata; adalah Sa'ad biasa
mengajarkan anak-anaknya kalimat-kalimat (bacaan do'a) sebagaimana seorang guru
mengajarkan anak-anak kecil menulis dan berkata; "Sesungghnya Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam berlindung dengan membaca kalimat-kalimat tersebut
pada akhir shalat (yaitu): "Allahumma Innii A'uudzu Bika Minal Jubni wa
A'uudzu Bika An Uradda Ilaa Ardzalil 'Umuri Wa A'udzu Bika Min Fitnatid Dunya
Wa A'uudzu Bika Min 'Adzaabil Qobri" Lalu aku ceritakan hal ini kepada
Mush'ab dan dia membenarkannya.
Jalur Sanad:
Sa'ad bin Abi Waqash →Amru
bin Maimun →Abdul Malik bin 'Umair bin Suwaid →Wadldloh bin 'Abdullah →Musa bin
Isma'il →Bukhari.
Komentar Ulama:
No
|
Perawi
|
Ulama
|
Komentar
|
1
|
Sa’ad ibn Abi Waqas
|
Ibnu Hajar al 'Asqalani
|
Shahabat
|
2
|
Amr Ibn Maimun
|
Yahya bin Ma'in
|
Tsiqah
|
3
|
Abdul Malik bin 'Umair bin Suwaid
|
Yahya bin Ma'in
|
Tsiqah
|
4
|
Wadldloh bin 'Abdullah, maula Yazid bin 'Atha
|
Ibnu Hajar al 'Asqalani
|
Tsiqah
|
5
|
Musa bin Isma'il
|
Ibnu Hajar al 'Asqalani
|
tsiqah tsabat
|
Nilai
Hadis: Sahih li Ghoirihi
3.
Muaddib
Muaddib berasal dari kata addaba-yuaddibu-muaddib
yang artinya pendidik. Secara terminologi, muaddib adalah seorang pendidik yang
bertugas untuk menciptakan suasana belajar yang dapat menggerakkan peserta
didik untuk berperilaku atau beradab sesuai dengan tata susila dan sopan santun
yang berlaku di masyarakat.[4]
Hadis tentang
muaddib:
حَدَّثَنَا
عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ حَدَّثَنَا
صَالِحُ بْنُ حَيٍّ أَبُو حَسَنٍ قَالَ سَمِعْتُ الشَّعْبِيَّ يَقُولُ حَدَّثَنِي
أَبُو بُرْدَةَ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَاهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثَةٌ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُمْ مَرَّتَيْنِ الرَّجُلُ تَكُونُ
لَهُ الْأَمَةُ فَيُعَلِّمُهَا فَيُحْسِنُ تَعْلِيمَهَا وَيُؤَدِّبُهَا فَيُحْسِنُ
أَدَبَهَا ثُمَّ يُعْتِقُهَا فَيَتَزَوَّجُهَا فَلَهُ أَجْرَانِ وَمُؤْمِنُ أَهْلِ
الْكِتَابِ الَّذِي كَانَ مُؤْمِنًا ثُمَّ آمَنَ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَهُ أَجْرَانِ وَالْعَبْدُ الَّذِي يُؤَدِّي حَقَّ اللَّهِ
وَيَنْصَحُ لِسَيِّدِهِ ثُمَّ قَالَ الشَّعْبِيُّ وَأَعْطَيْتُكَهَا بِغَيْرِ
شَيْءٍ وَقَدْ كَانَ الرَّجُلُ يَرْحَلُ فِي أَهْوَنَ مِنْهَا إِلَى الْمَدِينَةِ
Artinya:
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ada tiga kelompok manusia
yang akan diberi pahala dua kali. (Yang pertama) seorang laki-laki yang
memiliki seorang budak wanita dimana dia mengajarinya dengan pengajaran yang
baik kemudian mendidik dengan pendidikan yang baik lalu dia membebaskannya
kemudian menikahinya. Maka bagi orang ini mendapat dua pahala. (Yang kedua)
mu'min dari kalangan Ahlul Kitab dimana sebelumnya dia adalah orang yang
beriman kemudian dia beriman kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka
baginya dua pahala. Dan (yang ketiga) seorang budak yang menunaikan hak-hak
Allah dan juga setia kepada tuannya". Kemudian Asy-Sya'biy berkata:
"Aku berikan dia kepadamu tanpa imbalan sedikitpun". Orang yang
diberikannya itu adalah seorang yang sedang menempuh perjalanan menuju Madinah
dalam keadaan sangat lemah.
Jalur
Sanad:
Abdullah bin
Qais bin Sulaim bin Hadldlor → Amir bin 'Abdullah bin Qais → Amir bin Syarahil
→ Shalih bin Shalih bin Muslim bin
Hayyan → Sufyan bin 'Uyainah bin Abi 'Imran Maimun → Ali bin 'Abdullah bin Ja'far bin Najih
No
|
Perawi
|
Ulama
|
Komentar
|
1
|
Abdullah bin Qais bin
Sulaim bin Hadldlor
|
Sahabat
|
|
2
|
Amir bin 'Abdullah bin
Qais
|
Sahabat
|
|
3
|
Amir bin Syarahil
|
Yahya bin Ma’in
|
Tsiqah
|
4
|
Shalih bin Shalih bin
Muslim bin Hayyan
|
Ahmad bin Hambal
|
Tsiqah
|
5
|
Sufyan bin 'Uyainah bin
Abi 'Imran Maimun
|
Al-Ajli
|
Tsiqah
|
6
|
Ali bin 'Abdullah bin
Ja'far bin Najih
|
An-Nasa’i
|
Tsiqah
|
Nilai hadis: Sahih
4.
Mudarris
Mudarris
berasal dari kata darrasa-yudarrisu-mudarris yang artinya guru,
pengajar. Secara terminologi, mudarris adalah orang yang mengajarkan suatu ilmu
kepada orang lain dengan metode-metode tertentu dalam upaya membangkitkan usaha
peserta didik untuk meningkatkan potensinya.[5]
Hadis
tentang mudarris:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
الْمِسْكِينِ، ثنا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ، ثنا نَافِعُ بْنُ يَزِيدَ،
حَدَّثَنِي أَبُو صَخْرٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغِيثِ بْنِ أَبِي بُرْدَةَ،
عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ أَبِي بُرْدَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ يَقُولُ: " يَخْرُجُ مِنْ أَحَدِ
الْكَاهِنَيْنَ رَجُلٌ يُدَرِّسُ الْقُرْآنَ دِرَاسَةً لا يُدَرِّسُهَا
أَحَدٌ بَعْدَهُ ".قَالَ الْبَزَّارُ: لا نَعْلَمُهُ يُرْوَى إِلا بِهَذَا
الإِسْنَاد
Artinya: Telah bercerita
kepada kami Muhammad bin Miskin, bercerita kepada kami Said bin Abi Maryam,
bercerita kepada kami Abdillah bin Mughits bin Abi Burdah, bercerita kepada
kami ayahnya, dari kakeknya Abi Burdah, berkata: saya mendengar Rasulullah saw.
pernah bersabda: keluarlah seorang laki-laki dari salah satu... Yang
mengajarkan al-Qur’an dengan pembelajaran yang tidak diajarkan oleh satu
orangpun sebelum dan sesudahnya.”
Jalur Sanad:→ Abi Burdah → Abdillah bin Mughits bin Abi Burdah →
Said bin Abi Maryam → Muhammad bin Miskin
Nilai Hadis: Hasan
DAFTAR PUSTAKA
Nizar, Samsul
dan Zaenal Efendi Hasibuan, Hadis Tarbawi, Jakarta: Kalam Mulia, 2011.
Siregar,
Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter Menghadapi Arus Global, Yogyakarta:
Kurnia Kalam Semesta, 2016.
[1] Samsul Nizar
dan Zaenal Efendi Hasibuan, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011),
hal. 113.
[2] Maragustam
Siregar, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter Menghadapi
Arus Global, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2016), hal. 19.
[3] Samsul Nizar
dan Zaenal Efendi Hasibuan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), hal. 119.
[4] Samsul Nizar
dan Zaenal Efendi Hasibuan, Hadis Tarbawi..., hal. 266.
[5] Samsul Nizar
dan Zaenal Efendi Hasibuan, Hadis Tarbawi..., hal. 127.
0 comments:
Post a Comment